Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Dua Ancaman Global

Dhika Kusuma Winata/Litbang MI/I-1
17/12/2015 00:00
Dua Ancaman Global
(MI/SENO)
APA yang menjadi kekhawatiran warga dunia sepanjang tahun ini?

Survei Pew Research Center mengungkap perubahan iklim dan Islamic State (IS) menjadi 'makhluk' paling mengancam dunia.

Kedua isu itu paling banyak disebut sebagai tantangan utama. Bagaimana tidak?

Sejak dipopulerkan mantan Presiden Amerika Serikat, Al Gore, perubahan iklim terus menjadi perhatian publik.

Baru-baru ini, komitmen dunia untuk menangani pemanasan bumi sudah disepakati di Paris, Prancis.

Menurut hasil riset, mayoritas publik dunia menganggap perubahan iklim sebagai kekhawatiran terbesar.

Namun, ada perbedaan persepsi terkait dengan lingkup geografis.

Bagi kawasan Amerika Selatan dan Afrika, perubahan iklim menjadi kekhawatiran utama.

Sebanyak 61% penduduk Amerika Selatan menyatakan sangat prihatin.

Di Peru dan Brasil, dua negara yang mengalami deforestasi besar-besaran, sepertiga warga mereka menganggap perubahan iklim sebagai tantangan utama dunia.

Senada, 59% warga di kawasan Afrika Sub-Sahara juga memandang masalah lingkungan itu sebagai ancaman besar.

Di Asia, hanya sekitar 41% yang menyatakan kekhawatirannya terhadap perubahan iklim.

Ketakutan itu diekspresikan paling menonjol di India, Filipina, dan Tiongkok.

Kegelisahan itu bukan sekadar persepsi. Pasalnya, berbagai laporan lembaga internasional menyebut kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Selatan akan menanggung beban bencana alam dan bencana kemanusiaan paling berat akibat perubahan iklim.

Ironisnya, meski konferensi perubahan iklim digelar di Prancis, publik Eropa tidak terlalu khawatir atas perubahan iklim.

Hanya 42% warga 'Benua Biru' sangat peduli.

Lantas apa ketakutan utama mereka? Ancaman IS ternyata menjadi kekhawatiran terbesar Eropa. Sebanyak 70% warga Eropa menyatakannya.

Publik di Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, dan Inggris, memandang teror IS merupakan ketakutan utama.

Tentu, kekhawatiran itu bukan tanpa alasan mengingat kawasan Eropa nyatanya tergolong rentan terhadap aksi teror, seperti yang terjadi di Paris, November lalu.

Fakta terjadinya aksi kekerasan dikombinasikan dengan persepsi benturan antara nilai-nilai Eropa dan doktrin kekerasan yang dibawa para ekstremis, memperkuat kegelisahan itu.

Di Timur Tengah, 54% juga memandang IS sebagai musuh. Sebagaimana kelompok ekstremis itu terus memegang kendali di wilayah Irak dan Suriah, ketakutan meluasnya kuasa dan teror di negara tetangga bisa jadi merupakan kekhawatiran terbesar.

Itu tecermin dari 84% warga Libanon yang memandang IS sebagai ancaman bagi negara mereka.

Ketakutan terhadap IS juga ditunjukkan mayoritas warga di kawasan Amerika Serikat (68%) dan Indonesia (65%).

Bagi AS, setelah pecah peristiwa 9/11, tak ada yang lebih menjengkelkan ketimbang para ekstremis.

Di Indonesia, perhatian besar terhadap kehadiran IS tampaknya lebih mengguncang kemapanan yang telah dibangun, yakni praktik negara yang cenderung sekuler dan promosi sebagai negara dengan muslim terbesar yang toleran.

Isu perubahan iklim bergerak lebih maju dengan adanya Kesepakatan Paris. Lalu, bagaimana dengan koalisi menumpas IS?



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya