Dobrynya, Hadiah Istimewa untuk Prancis dari Rusia
MI
09/12/2015 00:00
(AP/Pavel Golovkin)
SENYUMAN seorang polisi Prancis mengembang saat mengajak bermain seekor anak anjing yang sedang digendong pejabat Rusia di Kedutaan Besar Prancis di Moskow, ibu kota 'Negeri Beruang Merah'. Anak anjing itu dinamai Dobrynya dan dia boleh dibilang istimewa.
Dobrynya ialah kado dari Rusia untuk Prancis. Igor Zubov, seorang Wakil Menteri Dalam Negeri Rusia, menyerahkan anak anjing itu kepada Duta Besar Prancis Jean-Maurice Ripert dalam sebuah seremoni di Moskow, Senin (7/12) malam. Acara itu juga dihadiri para tentara Kremlin dan Paris. "Kita semua berduka cita atas korban serangkaian serangan," kata Zubov mengacu pada serentetan serangan di Paris pada 13 November lalu yang menewaskan 130 orang dan melukai ratusan lainnya.
"Di Rusia, anjing yang melayani polisi dicintai tidak hanya oleh polisi, tetapi juga oleh semua warga," kata dia sembari menambahkan bahwa hadiah itu dipandang sebagai simbol kesatuan rakyat kedua negara dalam perang melawan terorisme.
Moskow menyatakan Dobrynya dihadiahkan kepada Paris untuk menggantikan anjing polisi bernama Diesel yang mati saat menjalankan tugas operasi perburuan teroris di sebuah apartemen di pinggiran utara Paris pada 18 November lalu. Dalam operasi itu, terduga dalang serangan Paris pun tewas bersama dengan seorang sepupu perempuan dan seorang laki-laki lain yang belum diketahui identitasnya.
Nama Dobrynya rupanya memiliki makna khusus. Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Rusia, Elena Alekseyeva, nama Dobrynya diambil dari nama ksatria dalam cerita rakyat Rusia.
"Dobrynya ialah sebuah simbol kekuatan, kebaikan, keberanian, dan bantuan tanpa pamrih. Anak anjing itu akan dikirim ke Prancis sebagai tanda solidaritas dengan warga Prancis dan polisi dalam memerangi terorisme," ucap Alekseyeva di akun Instagram.
Sebagai balasan perlakuan Rusia itu, Dubes Ripert menyebut anak anjing jenis German shepherd berusia 7 bulan itu sebagai hadiah yang luar biasa. "Ini sikap yang berasal dari lubuk hati", ujar Ripert menambahkan bahwa hal itu menunjukkan hubungan antara Rusia dan Prancis cukup baik.
Hubungan Moskow dan Paris menjadi mesra pascaserangan Paris. Presiden Francois Hollande secara khusus terbang ke Moskow untuk menemui rekan sejabatnya, Vladimir Putin. Kedua pemimpin pun sepakat menggalang koordinasi menumpas kelompok teroris Islamic State di Suriah.
Meski relasi kedua negara kian mesra, Hollande dan Putin tetap memiliki pandangan berbeda soal solusi konflik Suriah. Hollande secara tegas menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad harus mundur, sedangkan Putin tetap membela sekutu Suriahnya itu. (AFP/CNBC/Deutsche Welle/Haufan Hasyim Salengke/I-1)