Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
SWISS menggelar pemungutan suara untuk menentukan aturan pemberian kewarganegaraan bagi imigran generasi ketiga.
Mereka memilih apakah pemberian kewarganegaraan itu akan dipermudah atau tidak.
Pemungutan suara diramaikan sejumlah kampanye antimuslim melalui pesan dan tuduhan prasangka keagamaan.
Hasil dari pemilihan langsung itu akan memengaruhi hukum dan institusi lokal maupun federal.
Pemerintah maupun sebagian besar pembuat kebijakan dan partai politik mendukung usulan yang memperbolehkan cucu imigran lebih mudah mendapat kewarganegaraan dan tidak perlu menjalani sejumlah tahap dalam proses panjang pengamanan pembuatan parpos Swiss.
Namun, hasil referendum--hal terbaru dalam sistem demokrasi langsung Swiss--telah diperkeruh partai sayap kanan nasionalis, Partai Rakyat Swiss (SVP).
Partai itu menempatkan isu tentang Islam dan identitas nasional menjadi isu sentral dalam debat.
Berdasarkan kajian departemen imigrasi, kurang dari 25 ribu orang dari sekitar delapan juta imigran di negara itu memenuhi syarat sebagai imigran generasi ketiga.
Artinya, mereka paling tidak memiliki satu kakek atau nenek yang lahir di Swiss atau memiliki kependudukan Swiss.
"Debat atas usulan itu tidak ada hubungannya dengan agama atau asal mereka," ujar Sophie Guignard dari Institut Ilmu Politik di Universitas Bern.
Hampir 60% kelompok warga tersebut adalah keturunan Italia.
Sisanya ada pula keturunan Balkan dan Turki.
Jadi menurut Guignard, SVP-lah yang berulang kali menuduh dan mengecam Islam.
Mereka juga fokus dalam mengangkat isu tentang risiko dari bertambah banyaknya muslim menjadi warga negara dan kemungkinan 'kehilangan nilai-nilai Swiss'.
Puncak dari upaya tersebut ialah penyebarluasan poster yang menampilkan perempuan berhijab cadar hitam dengan kalimat yang mendesak pemilih untuk menolak 'kewarganegaraan tak terkontrol'.
Memang bukan SVP yang secara resmi bertanggung jawab atas poster tersebut, melainkan Komite Melawan Kewarganegaraan Terfasilitasi (CAFC).
Namun, anggota CAFC adalah anggota ataupun para petinggi SVP.
Wakil ketua komite tersebut yang juga anggota dewan Fraksi SVP, Jean-Luc Addir, mendesak warga Swiss untuk memilik 'tidak' dengan alasan, dalam beberapa tahun ke depan sebagian besar imigran generasi ketiga tidak akan berasal dari Eropa.
"Mereka akan berasal dari anak yang lahir di Arab, mereka akan berasal dari Afrika sub-Sahara, Suriah, atau Afghanistan," ujar Addor yang mendukung poster itu. (AFP/Nat/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved