Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Herrou, Pahlawan Migran di Prancis

06/1/2017 10:00
Herrou, Pahlawan Migran di Prancis
(Cedric Herrou (tengah)--AP/Claude Paris)

IKA harus melanggar hukum untuk membantu orang, mari kita lakukan!” teriak seorang pria di luar gedung pengadilan di Nice, Prancis, Rabu (4/1) lalu.

Dia adalah Cedric Herrou, seorang petani yang harus menghadapi tuntutan hingga lima tahun penjara karena membantu migran dari Afrika menyelinap masuk ke Prancis.

Pria berusia 37 tahun tersebut telah menjadi pahlawan rakyat di perbatasan Prancis-Italia. Dia membantu para migran melewati perbatasan, memberikan tempat berlindung kepada mereka.

Herrou hanya ingin meringankan beban mereka.

“Saya melakukannya karena ada orang yang membutuhkan. Saya melakukannya karena itu harus dilakukan. Banyak keluarga yang menderita,” ujar Herrou kepada hakim pengadilan.

Sementara itu, jaksa penuntut umum, Jean-Michel Pretre, menuntut Herrou dijatuhi hukuman percobaan selama delapan bulan, menyita kendaraannya, dan meminta izin mengemudi sang petani dibatasi untuk penggunaan profesional semata.

Jaksa juga menuduh Herrou menggunakan pengadilan sebagai ‘platform politik’ untuk membenarkan tindakannya.

“Kami menemukan diri kami berada di situasi sidang yang disengaja, produk dari strategi media yang dirancang untuk menyebabkan masalah,” ujar Pretre.
Herrou mengakui perbuatannya ialah politik yang dirancang untuk menyoroti kebijakan migran di Prancis. Herrou mengkritik respons Prancis terhadap krisis migran.

“Bahkan jika Anda menghukum saya, masalah akan terus berlanjut,” tegas Herrou yang akan menerima putusannya pada 10 Februari.

Dia pun menuduh polisi telah menahan ribuan anak di bawah umur dan membuang mereka kembali melintasi perbatasan Italia. Polisi Prancis memang secara reguler mengembalikan pemuda migran dari kereta yang datang ke Prancis. Polisi akan mengirim mereka kembali ke Italia. Mobil-mobil yang melintas di perbatasan pun tidak luput dari pemeriksaan mereka.

Pertanian zaitun milik Herrou berada di sebuah lembah dekat perbatasan Italia. Itu rute populer bagi para migran untuk melewati kontrol perbatasan yang dibuat setelah serangan teror melanda Prancis tahun lalu.

Pada Oktober lalu, Herrou memimpin sekelompok aktivis menduduki sebuah desa milik perusahaan kereta api milik negara, SNCF, dan menempatkan para migran tinggal di sana. Namun, polisi akhirnya mengevakuasi kamp darurat tersebut setelah tiga hari dan menangkap Herrou.

Dua bulan sebelumnya, Herrou juga ditahan karena mencoba menyelundupkan delapan migran asal Eritrea dengan mobilnya dari Italia ke Prancis. Kasus tersebut akhirnya ditangguhkan karena jaksa mengakui tindakan Herrou atas dasar kemanusiaan. (AFP/Indah Hoesin/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya