Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Simbol Kemanusiaan Gaza Gugur, Siapa dr. Marwan Al Sultan?

Ferdian Ananda Majni
03/7/2025 10:44
Simbol Kemanusiaan Gaza Gugur, Siapa dr. Marwan Al Sultan?
Dr. Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza.(Instagram)

DIREKTUR Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina, dr. Marwan Al Sultan, meninggal dunia bersama istri dan anak-anaknya dalam serangan udara Israel yang menghantam tempat tinggal sementara mereka di Gaza City pada Rabu (2/7). 

Serangan ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan Gaza, yang menilai insiden ini sebagai penargetan terhadap tenaga medis dan warga sipil.

Militer Israel mengeklaim bahwa serangan tersebut menyasar “militan utama” Hamas di Gaza City. Namun, mereka juga menyatakan sedang meninjau laporan mengenai kemungkinan jatuhnya korban sipil yang tidak terlibat dalam konflik.

Marwan Al Sultan dikenal sebagai dokter spesialis jantung dan direktur Rumah Sakit Indonesia yang dihormati, serta memiliki rekam jejak panjang dalam pelayanan medis di Gaza. 

Dia menjabat sebagai konsultan kardiologi intervensional dan sering bekerja sama dengan tim kemanusiaan internasional dari berbagai negara seperti Inggris, Prancis, Belanda, Spanyol, Kanada dan Maroko.

Sosok berdedikasi tinggi

Menurut Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, dr. Marwan adalah sosok berdedikasi tinggi yang terus memimpin rumah sakit meski dalam kondisi sulit. 

Dia berupaya keras memastikan layanan kesehatan tetap berjalan meskipun berada di bawah ancaman serangan udara serta krisis logistik dan sumber daya.

Direktur RS al-Shifa, dr. Mohammed Abu Selmia, mengaku sangat kehilangan atas kematian rekannya. 

"Dia adalah seorang sarjana terkemuka dan salah satu dari dua ahli jantung yang tersisa di Gaza. Ribuan pasien jantung akan menderita akibat pembunuhannya. Satu-satunya kesalahannya adalah bahwa dia adalah seorang dokter. Kami tidak punya pilihan selain bersikap tabah, tetapi rasa kehilangan itu sangat menghancurkan,” tuturnya.

Awal Juni lalu, dr. Marwan sempat berbicara kepada The Guardian mengenai kondisi kritis yang dihadapi staf RS Indonesia pascaserangan besar-besaran Israel pada Mei. 

Tewaskan tenaga medis

Dalam 50 hari terakhir, serangan tersebut telah menewaskan banyak tenaga medis, termasuk tiga dokter, kepala perawat RS Indonesia, staf RS Anak al-Nasser, serta para bidan, teknisi dan tenaga medis muda lainnya. Bahkan, pada hari pertama Idul Fitri 6 Juni lalu, sembilan petugas kesehatan gugur dalam satu hari di Gaza utara.

Pada Desember 2024, RS Indonesia sempat dikepung oleh militer Israel yang memaksa seluruh staf dan pasien untuk dievakuasi. 

Namun, dr. Marwan kembali ke rumah sakit itu segera setelah terjadi gencatan senjata pada Januari 2025. Dia kemudian bekerja sama dengan tim EMT MER-C Indonesia untuk memulihkan layanan darurat dan memastikan operasional rumah sakit kembali berjalan dari Januari hingga Maret 2025.

Sosok tegas dan karismatik 

"Ia dikenal karena keterusterangan, spontanitas, dan kepemimpinannya yang tegas—sifat-sifat yang menghiasi rapat manajemen rumah sakit, yang sering kali diisi dengan perdebatan sengit dan selalu diakhiri dengan keakraban sambil minum kopi dan makan bersama,” tulis MER-C dalam keterangannya.

Kementerian Kesehatan Gaza menggambarkan dr. Marwan sebagai pribadi penuh kasih yang menjadi simbol dedikasi dan ketulusan dalam melayani rakyat Palestina. “Ia menjadi simbol dedikasi, keteguhan, dan ketulusan di saat-saat tersulit dan saat-saat paling berat yang dialami rakyat kita yang terus-menerus mengalami agresi,” tulis Kemkes Gaza.

Sementara itu, Healthcare Workers Watch (HWW), sebuah organisasi medis Palestina, menyebut kematian dr. Marwan sebagai kehilangan besar. 

"Pembunuhan Dr Marwan al-Sultan oleh militer Israel merupakan kerugian yang sangat besar bagi Gaza dan seluruh komunitas medis, dan akan berdampak buruk pada sistem perawatan kesehatan Gaza,” ujar Direktur HWW, Muath Alser.

Menurut Alser, kematian dr. Marwan merupakan bagian dari pola penargetan sistematis terhadap tenaga kesehatan yang terjadi tanpa akuntabilitas. 

“Ini adalah hilangnya nyawa yang tragis, tetapi juga penghancuran puluhan tahun keahlian medis dan perawatan yang menyelamatkan nyawa mereka pada saat situasi yang dihadapi warga sipil Palestina sangat dahsyat,” pungkasnya. (Fer/I-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik