Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Amerika Serikat tidak Berencana Memperluas Kehadiran Militernya di Suriah

Irvan Sihombing
10/12/2024 15:58
Amerika Serikat tidak Berencana Memperluas Kehadiran Militernya di Suriah
Ilustrasi(Al Jazeera)

WAKIL Sekretaris Pers Pentagon Sabrina Singh mengatakan Amerika Serikat tidak berencana memperluas kehadiran militernya di Suriah, bahkan dalam sementara waktu, di tengah perubahan kekuasaan di negara itu.

"Postur pasukan tetap sama. Seperti yang Anda ketahui, pasukan kami tetap berada pada level yang lebih tinggi, tetapi tidak ada perubahan yang terjadi atau perubahan yang telah dibuat atau diminta oleh komandan," kata Singh dalam sebuah pengarahan tertutup, menjawab pertanyaan yang relevan.

Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington tidak meramalkan kemungkinan jatuhnya pemerintahan Bashar Assad. Namun kelompok oposisi bersenjata Suriah berhasil merebut Damaskus pada Minggu. 

Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan dirinya bersama 18 menteri lain memutuskan untuk tetap berada di ibu kota. Jalali juga mengatakan telah menghubungi para pemimpin kelompok militan yang telah memasuki kota.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan Presiden Suriah Bashar Assad telah mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan negara itu, setelah melakukan perundingan bersama beberapa dari mereka yang terlibat dalam konflik.

Seorang sumber di Kremlin pada Minggu mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Assad dan anggota keluarganya telah tiba di Moskow, dan Rusia telah memberi mereka suaka atas dasar kemanusiaan.

Sumber tersebut juga mencatat pejabat Rusia sedang berhubungan dengan perwakilan oposisi bersenjata Suriah, yang para pemimpinnya telah menjamin keamanan pangkalan militer Rusia dan fasilitas diplomatik di
Suriah.

Di sisi lain, Jerman dan Prancis menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah baru Suriah, sambil menekankan bahwa penghormatan pada hak asasi manusia serta pelindungan kalangan minoritas akan
menjadi syarat penting untuk kerja sama tersebut.

Sikap bersama tersebut muncul pada Senin (9/12) usai percakapan telepon antara Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron pascapenggulingan pemimpin lama Suriah Bashar al-Assad oleh
pasukan anti rezim pada akhir pekan lalu.

"Assad telah menyebabkan penderitaan yang mengerikan bagi rakyat Suriah dan kerusakan besar bagi negaranya," kata juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit, usai pembicaraan telepon kedua
pemimpin tersebut.

Keduanya sepakat bahwa mereka siap bekerja dengan penguasa baru berdasarkan hak asasi manusia yang fundamental dan perlindungan bagi minoritas etnis dan agama," kata jubir. (Sputnik-OANA/Anadolu/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya