Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
MENTERI Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengecam komunitas internasional karena tidak mampu menghentikan kebiadaban Israel di Gaza. Dia juga menyampaikan keprihatinan tentang dampak perang yang meluas di Timur Tengah.
“Seratus sembilan hari setelah konflik, sangat disayangkan bahwa komunitas internasional masih tidak mampu menghentikan pertumpahan darah di Gaza dan Tepi Barat. Gaza dulunya adalah penjara terbuka. Kini, menjadi medan pertempuran di mana Perdana Menteri Israel (Benjamin Netanyahu) menjalankan operasi militer untuk membunuh warga sipil guna memperpanjang kehidupan politiknya," kata Fidan pada pertemuan Dewan Keamanan PBB New York, Amerika Serikat, Selasa (23/1).
Pertemuan yang dipimpin Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ini dihadiri para menteri luar negeri senior dan duta besar dari 15 anggota dewan tersebut bersama dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia. Semuanya menyampaikan pendapat mengenai krisis yang semakin mendalam di Gaza.
Baca juga: Di DK PBB, Retno Kecam Netanyahu yang Ingin Hilangkan Palestina
“Argumen bahwa perang saat ini adalah untuk memberikan keamanan bagi Israel masih jauh dari meyakinkan," jelasnya.
Namun, kata dia, para pendukung argumen ini tidak pernah berbicara tentang keamanan rakyat Palestina atau hak Palestina untuk membela diri. Israel melakukan kejahatan perang yang serius.
Baca juga: Debat Menlu di DK PBB, Situasi Palestina Jadi Isu Utama
Fidan mengatakan Israel yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban untuk memulihkan kepercayaan pada hukum internasional dan tatanan berbasis aturan.
Turki sangat prihatin dengan laporan bahwa kejahatan perang Israel di Gaza mungkin merupakan genosida, katanya, yang mendasari bahwa Ankara menyambut baik kasus Afrika Selatan di hadapan Mahkamah Internasional (ICJ) mengenai pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida 1948.
“Ini adalah upaya yang tepat waktu untuk melindungi rakyat Palestina dari bahaya lebih lanjut. Kami memiliki tanggung jawab historis untuk menghentikan perang ini," ujarnya.
Fidan menekankan perlunya menghindari eskalasi konflik secara geografis. Turki secara konsisten memperingatkan tentang risiko tumpahan konflik. Kini, risiko tersebut telah menjadi kenyataan. Insiden baru-baru ini di Laut Merah, Yaman, Lebanon, Irak, Suriah, Iran, dan Pakistan sangat mengkhawatirkan.
“Eskalasi ini berpotensi berubah menjadi pusaran geostrategis yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun dengan mudah,” ujarnya.
Dia mendesak Israel dan para pendukungnya untuk mencari solusi diplomatik selagi solusi tersebut masih bisa dicapai. “Perang yang sedang berlangsung di Gaza dan sekitarnya tidak bisa menghasilkan perdamaian atau penyerahan diri. Kami memiliki tanggung jawab historis untuk menghentikan perang ini,” kata Fidan.
Menurut dia DK PBN telah gagal berkali-kali menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Gencatan senjata segera dan permanen, pembebasan semua tawanan oleh kedua belah pihak.
Aliran bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Gaza adalah suatu keharusan dalam mencapai perdamaian. “Untuk itu, kami membutuhkan Israel untuk mematuhi semua persyaratan perdamaian dan keamanan,” tambahnya.
Terdapat kebutuhan akan kepemimpinan Palestina yang bersatu untuk mencapai tujuan nasional demi martabat, kemerdekaan, dan kedaulatan bangsa yang berketahanan.
“Kita semua tahu sekarang, tindakan-tindakan sementara tidak akan berhasil. Skenario untuk 'hari setelahnya’ seharusnya bukan tentang siapa yang akan memerintah Gaza," ujarnya.
Masa depan Gaza bergantung pada rakyat Palestina. Satu-satunya pertanyaan yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana dunia bisa menjaga perdamaian yang adil dan abadi berdasarkan solusi dua negara di perbatasan 1967.
Fokusnya harus pada pembentukan Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, tegasnya. Fidan juga menggemakan seruan Türkiye untuk pembentukan mekanisme penjaminan yang memantau dan menjamin perdamaian antara Israel dan Palestina.
“Sebagian besar anggota komunitas internasional sepakat mengenai pentingnya gencatan senjata, bantuan kemanusiaan, dan solusi dua negara. Namun, tidak ada mekanisme yang efektif untuk membuat Israel menerapkannya,” ujarnya.
Dia memperingatkan bahwa kelanjutan situasi saat ini di Gaza akan semakin melemahkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai moral yang mendasar dalam sistem internasional. “Oleh karena itu, kita harus bertindak sekarang untuk menghentikan terkikisnya nilai-nilai yang kita perlukan untuk masa depan umat manusia,” katanya.
Israel telah menggempur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 25.295 warga Palestina dan melukai 63 ribu orang. Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB. (Anadolu/Z-3)
Buron paling dicari di Swedia, Ismail Abdo berhasil ditangkap di Turki.
TURKI menolak keras seruan politisi Israel dan kabinet Negeri Zionis itu untuk menganeksasi Tepi Barat Palestina.
Peran penting Turki dalam menjaga stabilitas kawasan, khususnya dalam menanggapi agresi Rusia di Ukraina dan upaya mencapai gencatan senjata.
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menyatakan kesiapan untuk melanjutkan putaran ketiga pembicaraan damai dengan Ukraina. Kemungkinan pertemuan digelar di Istanbul, Turki.
PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan mengapresiasi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran yang dicapai melalui upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Senator Parlemen Turki, Av Serkan Bayram bersama delegasi berkunjung ke Kalimantan Tengah, Sabtu (14/6).
Teranyar, seorang pria Palestina-AS, Saif al-Din Kamil Abdul Karim Musalat, tewas dalam serangan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki.
PERUNDINGAN gencatan senjata Jalur Gaza berada di ujung tanduk. Soalnya, Hamas dan Israel pada Sabtu (12/7) saling menuduh pihak lain menghalangi upaya mencapai kesepakatan.
ISU Presiden AS Donald Trump diusulkan PM Israel Benjamin Netanyahu layak menerima Nobel Perdamaian Dunia memicu perdebatan.
Sedikitnya 24 orang tewas di Gaza selatan saat antre bantuan, di tengah tuduhan pasukan Israel menembaki warga sipil. IDF membantah.
SEDIKITNYA 798 warga Palestina tewas oleh pasukan militer Israel selagi mereka mengakses bantuan kemanusiaan di Gaza sejak akhir Mei 2025.
LAPORAN baru dari Israel menuduh Hamas menggunakan kekerasan seksual sebagai senjata perang selama serangan 7 Oktober. Namun, seorang pejabat tinggi PBB membantahnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved