Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
SATU tahun sudah konflik Ukraina dengan Rusia terjadi. Sampai kini belum ada tanda-tanda perang itu akan berakhir. Bahkan bukan tidak mungkin perang akan terus berkepanjangan dan berubah menjadi skala masif dengan melibatkan negara-negara besar lain.
Hal itu diungkapkan dosen Sastra Rusia Universitas Indonesia (UI) yang juga pemerhati masalah Rusia, Ahmad Fahrurodji, Rabu (22/2). Dia meyakini Rusia pastinya sudah menyiapkan diri untuk melakoni perang jangka panjang. Karena faktanya secara ekonomi Rusia juga tidak mengalami chaos meski diembargo negara-negara barat.
Meski begitu, jelasnya, Rusia juga butuh aliansi. Sebab kenyataannya saat ini yang terjadi adalah bukan lagi perang Ukraina melawan Rusia, melainkan Rusia dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dengan kata lain perang yang terjadi saat ini bukan lagi semata perang militer namun juga perang ekonomi dan informasi. Ukraina saat ini sekadar medannya.
Menurutnya negara yang paling mungkin untuk diajak berkoalisi oleh Rusia adalah Tiongkok yang saat ini hubungannya dengan Amerika Serikat tidak sedang baik-baik saja. Negara lain yang juga siap bergabung dengan Rusia adalah Iran dan Korea Utara yang memang sudah lama berseteru dengan Amerika Serikat.
"Kemungkinan bergabungnya Tiongkok tentu bukan sesuatu yang diharapkan Amerika. Sebab hal itu akan membuat perang semakin berkepanjangan dan bahkan berpotensi memicu perang dunia ketiga," jelasnya.
Di sisi lain, Tiongkok juga berkepentingan dengan Rusia sebagai mitra strategis dalam pengembangan militer. Apalagi berbagai analis memprediksi bahwa Taiwan akan menjadi medan perang selanjutnya setelah Ukraina dengan Tentara Pembebasan Rakyat menyerbu negara pulau tersebut. Padahal jika itu terjadi, saat itu Amerika dan sekutunya boleh jadi sudah kehabisan energi akibat perang di Ukraina.
"Bisa dibilang bola kini di tangan Tiongkok. Saya percaya mereka juga tidak akan sembrono menceburkan diri ke medan perang. Karena bagaimanapun perang membutuhkan cost yang besar," ujarnya.
"Jika Tiongkok bisa menawarkan resolusi perdamaian yang membuat semua pihak tidak harus kehilangan muka, boleh jadi konflik Ukraina dengan Rusia bisa berhenti. Dan sepertinya hanya itu satu-satunya cara," lanjut Fahrurodji.
Ia menambahkan, sebagai pewaris utama emperium Uni Soviet, Rusia tentu tidak mau menyerah begitu saja. Rusia, jelasnya, tidak akan menyerah seperti pernyataan sejumlah pejabat Eropa, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut Rusia akan kalah di Ukraina.
"Soal pernyataan (Joe) Biden dan pemimpin Eropa lainnya yang menyebut Rusia akan kalah di Ukraina, saya pikir itu cuma semacam psy war. Karena sejumlah analis NATO sendiri mengakui Rusia bukan lawan yang mudah. Keputusan Putin untuk keluar dari perjanjian nuklir itu bukan keputusasaan, melainkan tekanan untuk Barat," tegasnya.
Meski begitu, ia juga menyebut baik Rusia maupun Ukraina sejatinya tidak memetik keuntungan sama sekali dalam perang tersebut. Sebaliknya justru perusahan senjata AS lah yang kini menangguk untung.
"Ukraina saat ini tidak punya pilihan. Mereka tidak lagi punya kemerdekaan. Seandainya, Presiden Ukraina (Volodymyr Zelensky) tidak egois tetapi benar-benar membela rakyatnya serta mau mendengarkan permintaan Rusia untuk bersikap netral dengan tidak bergabung dengan NATO, semuanya mungkin baik-baik saja. Kita berharap saja semoga ada solusi. Dan itu sepertinya ada di tangan Tiongkok," ujarnya. (OL-15)
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ada kemungkinan negaranya terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Iran.
RENCANA besar Israel seperti The Yinon Plan menunjukkan bahwa melemahnya negara-negara sekitar Israel, termasuk Iran, menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat posisi Negeri Zionis.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih absen dari KTT G7 dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
SEBUAH jet tempur F-16 milik Ukraina yang baru-baru ini dikirimkan oleh negara-negara Barat, dilaporkan telah berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia, Sukhoi Su-35.
ANGKATAN Udara Ukraina mengeklaim telah menembak jatuh satu unit jet tempur canggih milik Rusia, Sukhoi Su-35, di wilayah Kursk pada Sabtu (7/6) waktu setempat.
Wacana soal pemotongan bantuan militer dapat melemahkan semangat warga Ukraina yang tengah berjuang di garis depan.
Wali Kota Kharkiv, Igor Terekhov, mengatakan dua orang tewas dan 28 lainnya terluka saat Rusia menyerang Kharkiv, Ukraina.
Sebuah jet tempur Su-35 milik Rusia ditembak jatuh dalam sebuah operasi udara di arah Kursk pada Sabtu (7/6) dini hari waktu setempat.
Dalam perkembangan lain, Zelensky menyebut telah bertemu dengan para pejabat militer guna mengevaluasi situasi terkini di garis depan pertempuran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved