Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
KINI, pertarungan antarrobot seperti Optimus Prime dan Megatron dalam film Transformers atau Atom melawan Zeus dalam film Real Steel bukan sekadar cerita fiksi. Pemandangan makhluk-makhluk besar dari besi yang saling bunuh akan benar-benar menjadi kenyataan.
Hal tersebut diawali sebuah video yang diunggah ke internet oleh perusahaan robot asal Amerika Serikat (AS) Megabots. Dalam video tersebut, dua pendiri Megabots, Matt Oehrlein dan Gui Cavalcanti, menantang satu-satunya perusahaan robot lainnya di bumi yang dianggap mampu menandingi mereka, Suidobashi Heavy Industry.
"Suidobashi, kalian punya robot raksasa, kami juga punya robot raksasa. Kita tahu harus berbuat apa!" tantang Oehrlein dan Cavalcanti dalam video yang diunggah bulan lalu tersebut.
Megabots melayangkan tantangan itu kepada Suidobashi setelah merampungkan robot model Mark 2, yang merupakan robot raksasa pertama asal AS yang digerakkan pilot.
Seperti Jaeger dalam film Pacific Rim, Mark 2 juga dilengkapi senjata berupa paint cannonballs yang dapat ditembakkan dengan kecepatan mencapai 160 km/jam.
Dalam menanggapi hal tersebut, pihak Suidobashi Heavy Industry pun tanpa rasa gentar langsung menerima tantangan yang dilontarkan Megabots. "Tentu saja. Kami akan bertarung!" jawab CEO of Suidobashi Kogoro Kurata.
Jika Megabots memiliki Mark 2, Suidobashi memiliki Kuratas sebagai robot jagoan mereka.
Megabots dan Suidobashi masing-masing memiliki waktu satu tahun untuk menyempurnakan robot mereka hingga pertandingan nanti dimulai.
"Ini pasti akan menarik, kami akan berikan yang mereka minta. Jelas saya ingin membuat dua robot itu berkelahi. Bahkan saya akan memaksa mereka jika itu perlu dan saya akan membuktikannya," ujar Oehrlein.
Kurata, dalam tanggapannya saat menerima tantangan duel, juga sempat mencemooh robot buatan AS. Ia menganggap robot tersebut sangat tidak modern.
"Ayolah, kawan. Buat robot itu sedikit lebih keren. Cobalah buat yang lebih besar dan tambahkan senjata. Itu kan robot super Amerika," ledek Kurata dengan penuh percaya diri.
Jepang merupakan negara yang mencetak sejarah dari munculnya robot-robot raksasa. Kurata mengatakan ini bukan semata pertarungan antarperusahaan. Harga diri negara juga dipertaruhkan.
"Kita tidak akan membiarkan negara lain memenangi pertarungan ini. Robot adalah budaya Jepang," tegasnya.
Identitas
Robot raksasa dengan manusia sebagai pilotnya memang telah menjadi identitas bagi 'Negeri Sakura'. Sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, Jepang telah memulai eksplorasi terhadap dunia robot. Gundam serta Evangelion ialah dua animasi robot Jepang yang pertama dari sekian banyak yang mendunia.
Tidak pelak, fenomena tersebut pun meluas ke belahan dunia lainnya. Itu seperti halnya Voltron dan Transformers yang sebenarnya berasal dari Jepang tetapi meledak di AS dan diambil alih haknya oleh 'Negeri Paman Sam'.
"Robot adalah budaya Jepang. Bagian dari Jepang. Saya telah menontonnya sejak 1964 dan itu adalah Gigantor," ujar Kurata.
Seimbang
Dua robot yang akan berhadapan nanti memiliki kekuatan yang seimbang. Namun, robot buatan Jepang dianggap lebih unggul daripada lawan asingnya.
Megabots Mark 2 memiliki tinggi 4,5 meter dan berat 5.450 kilogram. Penciptaan robot tersebut menghabiskan biaya sekitar US$175 ribu, sedangkan Kuratas memiliki tinggi 4 meter dan berbobot hanya 4.000 kilogram. Dana sebesar US$1,4 juta dolar pun dihabiskan untuk melahirkan robot asal 'Negeri Sakura' itu.
Perbedaan juga terlihat dari sisi pengemudi robot. Mark 2 digerakkan dua pilot, sedangkan Suidobashi hanya butuh satu pilot untuk mengendalikan Kuratas.
"Robot Suidobashi lebih kecil. Lebih lincah. Teknologi yang mereka miliki pun lebih canggih. Robot mereka tiga kali lebih cepat dari yang kami miliki," ujar pendiri Megabots Gui Cavalcanti.
Kendati demikian, ia melanjutkan, masih ada waktu satu tahun untuk menyempurnakan robot yang telah mereka ciptakan dan mereka yakin akan mampu menandingi robot ciptaan Suidobashi.
"Saya dan Matt Oehrlein akan berada di kokpit saat pertarungan berlangsung. Saya bertugas sebagai pengendali utama dan Matt adalah si penembak. Mungkin terdengar tidak efisien, tetapi kita lihat saja nanti," ungkapnya.
Hingga saat ini, belum ditentukan secara pasti waktu dan tempat digelarnya pertarungan terbesar pertama di dunia itu.
"Kami belum tahu di mana pertandingan itu akan digelar. Kami sedang mengusahakannya. Yang pasti, kami ingin melakukannya di tempat yang netral," ujar Cavalnali.
Terkait dengan peraturan dan durasi pertandingan, ia juga mengatakan hal tersebut akan diumumkan sesegera mungkin.
"Entahlah. Mungkin akan lebih lama dari pertandingan robot biasa yang mungkin kalian pernah lihat. Kami berharap akan berlangsung dalam beberapa ronde. Kami belum mengetahui rincian peraturannya secara pasti," lanjutnya.(AFP/cnn.com/mashable/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved