Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEKELOMPOK anak-anak Rusia berteriak riang di sebuah apartemen Beograd, dengan bangga meneriakkan kata-kata baru dalam bahasa Serbia yang baru mereka pelajari kepada guru mereka.
Anak-anak ini semua memiliki satu kesamaan. Orang tua mereka melarikan diri setelah invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina dan sekarang bersiap untuk tinggal di negara Balkan untuk jangka panjang.
Baca juga: 24 Tahun Penantian Anwar Ibrahim jadi PM ke-10 Malaysia
Seperti lebih dari seabad yang lalu, ketika ribuan orang Rusia yang melarikan diri dari revolusi Bolshevik menetap di Serbia, negara itu sekali lagi menjadi surga bagi orang Rusia yang melarikan diri dari penindasan, ketidakpastian dan kemungkinan nyata untuk berperang yang tidak mereka anggap sebagai perang mereka.
Maria Nefyodova, yang anaknya Artemii yang berusia 10 tahun sudah fasih berbahasa Serbia setelah hanya sembilan bulan di Beograd, mengemasi tas mereka segera setelah tembakan pertama ditembakkan di Ukraina.
"Pada 24 Februari, semuanya berubah. Dunia kita terbalik," kata Nefyodova kepada AFP.
"Tentu saja, tidak dengan cara yang berubah bagi mereka yang terkena dampak langsung, tetapi dunia kita juga hancur,”
Sejak itu, menurut media pemerintah, lebih dari 100.000 warga Rusia telah tiba di Serbia, negara berpenduduk di bawah tujuh juta jiwa.
Mereka telah menggunakan salah satu dari sedikit rute penerbangan yang tersisa ke Eropa yang belum ditutup sebagai pembalasan atas perang.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan bulan lalu negara itu seperti Casablanca, menyamakannya dengan kota Maroko dalam film 1942, yang dipenuhi pengungsi perang dan mata-mata.
Sementara jumlah pasti orang Rusia yang memilih untuk tinggal tidak diketahui, hampir 3.000 perusahaan Rusia telah terdaftar di Serbia sejak Februari, menurut agen pendaftaran bisnisnya.
Tidak seperti beberapa bagian Eropa lainnya, orang Rusia disambut dengan tangan terbuka di Serbia. Ikatan budaya dan sejarah antara dua negara yang didominasi Kristen Slavia dan Ortodoks telah berlangsung selama berabad-abad.
"Saya pasti ingin tinggal di sini," kata seniman Moskow berusia 41 tahun Anna Cherepanova kepada AFP.
Apartemen Beograd tempat dia tinggal bersama kedua anaknya berfungsi sebagai sekolah bahasa Serbia tidak resmi.
"Anak-anak suka di sini. Jika mereka merasa tidak nyaman, saya mungkin akan mempertimbangkan untuk pindah ke negara lain," pungkasnya. (AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved