Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Rusia Keluhkan Laporan Berat Sebelah IAEA

Cahya Mulyana
07/9/2022 11:35
Rusia Keluhkan Laporan Berat Sebelah IAEA
Ilustrasi: PLTN Zaporizhzhia.(AFP)

Rusia mengeluhkan laporan pengawasan nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Pasalnya Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak mengungkapkan Ukraina turut serta dalam merusaknya.

"Kami menyesal bahwa dalam laporan Anda (IAEA)... sumber penembakan tidak disebutkan secara langsung," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya.

Ia mengungkapkan kekecewaan itu di hadapan Kepala IAEA Rafael Grossi saat peluncuran laporan tersebut secara virtual. Menurut dia IAEA seharusnya tegas mengungkap bahwa Ukraina melakukan banyak tembakan ke PLTN tersebut.

"Kami memahami posisi Anda (Grossi) sebagai regulator internasional, tetapi dalam situasi saat ini, sangat penting untuk menyebut sesuatu dengan nama mereka," terangnya.

IAEA dalam laporan itu menyerukan zona demiliterisasi di luar PLTN terbesar di Eropa tersebut. Rusia meminta IAEA menelusuri kerusakan PLTN Zaporizhzhia banyak disebabkan karena provokasi Ukraina.

"Jika provokasi oleh rezim Kyiv berlanjut, tidak ada jaminan bahwa tidak akan ada konsekuensi serius, dan tanggung jawab untuk itu sepenuhnya berada di tangan Kyiv dan pendukung Baratnya serta semua anggota Dewan Keamanan lainnya," kata Nebenzya.

Sementara negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS), mengecam keberatan Rusia atas laporan IAEA tersebut. Diplomat senior AS, Jeffrey DeLaurentis mengatakan masalah mendasarnya karena invasi Rusia.

"Meskipun Rusia bernyanyi dan menari di sini hari ini untuk menghindari tanggung jawab atas tindakannya, Rusia tidak memiliki hak untuk mengekspos dunia pada risiko yang tidak perlu dan kemungkinan bencana nuklir," katanya.

Ukraina juga mendukung AS. Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsya mengatakan dunia membutuhkan kehadiran IAEA untuk memaksa Rusia menyetujui demilitarisasi di wilayah PLTN tersebut.

"Juga mengembalikan kendali penuh atas pembangkit itu ke Ukraina," katanya.

Grossi melengkapi laporan dari hasil pengawasan di PLTN Zaporizhzhia dengan mengatakan bahwa pihaknya terbiasa dengan tekanan dan bahaya. Tim pengawas IAEA lebih terbiasa bepergian setelah bencana seperti di Chernobyl dan Fukushima.

"Dalam hal ini, memiliki kepentingan historis dan etis untuk mencegah sesuatu terjadi. Kami bermain dengan api dan sesuatu yang sangat, sangat malapetaka bisa terjadi." (AFP/Cah)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik