TENAGA Ahli Utama Kantor Staf Presiden Siti Ruhaini Dzuhayatin mengungkapkan keakraban Presiden Joko Widodo dengan para pemimpin dunia KTT G7, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, merupakan gestur penerimaan yang tulus dan memiliki kekuatan kepercayaan.
Hal tersebut tentu memberi dampak positif, khususnya bagi Indonesia yang tengah mengusung misi perdamaian di Eropa Timur. Bukan tidak mungkin, jalan menuju rekonsiliasi antara Ukraina dan Rusia bisa benar-benar terwujud.
“Pertemuan yang bersahabat dan hangat itu memunculkan optimisme keberhasilan misi Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia,” kata Ruhaini, melalui keterangan resmi, Selasa (28/6).
Ia melihat, saat ini, Indonesia tengah memainkan peran sebagai 'true friend' yang tidak segan menegur sahabat demi suatu kebaikan yang lebih besar.
Status Indonesia sebagai negara pemrakarsa gerakan nonblok juga mempertegas kesan bahwa Jokowi betul-betul hadir ke tengah-tengah konflik untuk membawa solusi damai.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Pastikan Hadir di KTT G20
“Dengan modalitas politik luar negeri bebas aktif, Indonesia sangat mungkin bersahabat dengan negara manapun dalam menjaga ketertiban dunia, termasuk dengan Rusia dan Ukraina,” jelas Ruhaini.
Sejak awal, kunjungan kenegaraan Jokowi ke Eropa, selain untuk menghadiri KTT G7, memang dimaksudkan untuk berdialog dengan Rusia dan Ukraina.
Kepala negara ingin kedua belah pihak membuka ruang diskusi dan segera menghentikan perang
"Presiden ingin semua bisa duduk bersama dalam perundingan damai. Itu harus dilakukan untuk mengurangi dampak kemanusiaan terutama korban jiwa dan masalah pengungsian yang rumit, serta menghindarkan dunia dari krisis pangan dan energi," tandas Ruhaini.(OL-4)