Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
Stok bahan bakar Sri Lanka akan bertahan sekitar lima hari lagi. Hal tersebut dipastikan olah Menteri Tenaga dan Energi Kanchana Wijesekera pada Kamis, (16/6).
Sri Lanka saat ini menunggu konfirmasi resmi dari pemerintah India untuk mendapatkan utang baru senilai US$500 juta atau sekitar Rp7,4 triliun untuk membeli bahan bakar.
Negara berpenduduk 22 juta orang itu terjebak dalam krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade setelah cadangan devisanya menyusut ke rekor terendah. Dolar yang mereka punya hampir habis untuk membayar impor penting termasuk makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
Kekurangan bahan bakar kronis telah memburuk minggu ini dengan antrean panjang berkilo-kilometer di beberapa pompa bensin di seluruh negeri, yang menyebabkan protes sporadis ketika pemilik kendaraan menunggu, kadang-kadang dalam semalam, untuk bensin dan solar.
Stok tersebut mencakup bahan bakar untuk kendaraan, beberapa industri dan layanan penting. Sebulan yang lalu, perdana menteri mengatakan hanya ada cukup bensin untuk satu hari.
“Sri Lanka tidak dapat melakukan pembayaran jatuh tempo sebesar US$725 juta (atau Rp10,7 triliun) kepada pemasok dan juga berupaya untuk membuka surat kredit untuk pengiriman mendatang,” kata Menteri Tenaga dan Energi Wijesekera.
"Kami berjuang untuk mendapatkan pasokan bahan bakar karena masalah valas kami dan pemerintah bekerja untuk mengelola stok solar dan bensin yang ada hingga 21 Juni," katanya kepada wartawan.
"Kami merasa sangat sulit untuk memenuhi permintaan dan stok bisa habis lebih cepat jika kami tidak mengurangi perjalanan yang tidak penting dan berhenti menimbun bahan bakar,” imbuh Wijesekera
"Kami mengharapkan pengiriman bensin dalam tiga hari ke depan dan dua pengiriman lagi dalam delapan hari ke depan," tambahnya.
Sri Lanka sedang menunggu konfirmasi resmi mengenai batas kredit US$500 juta dari Bank Exim pemerintah India, yang menurut Wijesekera akan digunakan untuk mendanai pengiriman bahan bakar selama beberapa minggu ke depan.
India telah menjadi pendukung utama selama krisis keuangan, setelah menggelontorkan bantuan sekitar US$3 miliar atau Rp44 triliun, termasuk jalur kredit US$1 miliar atau Rp14 triliun untuk impor penting dan pertukaran US$400 juta atau 5,9 triliun.
“Sri Lanka telah menjangkau beberapa negara, termasuk Rusia, untuk membahas opsi impor bahan bakar yang akan menyediakan pasokan senilai beberapa bulan,” ucap Wijesekera.
Negara ini juga sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional untuk paket bailout dan delegasi dari pemberi pinjaman diharapkan tiba di Sri Lanka pada 20 Juni. (France24/OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved