Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sejarah Dukungan Ukraina terhadap Kemerdekaan Indonesia

Mediaindonesia.com
14/6/2022 15:52
Sejarah Dukungan Ukraina terhadap Kemerdekaan Indonesia
Vasyl Hamianin.(DOK Kedubes Ukraina untuk RI.)

TIDAK banyak yang menyadari pengetahuan bangsa Ukraina tentang Nusantara sudah berlangsung sangat lama. Karenanya, dukungan langsung diberikan negara itu di forum internasional ketika bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

"Orang Ukraina pertama yang memperkenalkan budaya Nusantara pada akhir abad ke-19 ialah Mykola Myklukha-Maklai. Terdapat dua lukisan karyanya yang tersimpan di museum nasional Ukraina," tutur Dubes Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, kepada hadirin malam peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia, pekan lalu.

Hadir dalam acara tersebut Dirjen Amerika dan Eropa Kemenlu I Gede Ngurah Swajaya, sejumlah politisi antara lain Meutya Hafid, Maya Rumantir, dan Fadli Zon, tokoh agama seperti Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud, pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie, hingga tokoh-tokoh bisnis Indonesia-Ukraina.

Dalam kegiatan peringatan 30 tahun hubungan Ukraina-Indonesia juga digelar pameran lukisan dan penggalangan dana bagi korban perang. Menariknya para pelukis ialah para kolega Dubes Vasyl Hamianin hingga putri Dubes, Varvara.

Vasyl Hamianin, pemilik gelar doktor di bidang Sejarah Dunia, menceritakan sejarah Mykola Myklukha-Maklai atau juga dikenal sebagai Nicholas Miklouho-Maclay ialah naturalis dan antropolog pengagum Charles Darwin yang pada 16 Agustus 1873 terpilih sebagai anggota dari Royal Society of Naturalists Hindia Belanda di Batavia. Selain dikenal sebagai naturalis yang tekun, Mykola Myklukha-Maklai ialah humanis yang aktif melawan perdagangan budak. 

Berkat upayanya, pada November 1878, pemerintah Belanda turun tangan menyelidiki lalu lintas budak di wilayah Ternate dan Tidore, Kepulauan Maluku. Sejak masa penjajahan Spanyol, tanah di Kepulauan Maluku subur dan banyak memberikan hasil di antaranya cengkih dan pala yang menjadi sumber rempah-rempah dunia dan menyumbangkan devisa bagi Belanda. 

Hal itu yang membuat bangsa Ukraina mendukung upaya kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 21 Januari 1946, Perwakilan Tinggi Ukraina Dmytro Manuilsky mengusulkan untuk memasukkan masalah Indonesia menjadi agenda di PBB. "Sejarah bangsa Indonesia akan selalu mencatat berkat usulan tersebut sidang Dewan Keamanan PBB membahas persoalan Indonesia yang menghasilkan pengakuan global terhadap Republik Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat," paparnya. 

Pada Januari 1949, lanjutnya, Dmytro Manuilsky kembali mengguncang panggung internasional yang dihelat di Delhi, India, mengecam agresi militer yang dilakukan Belanda untuk kedua kali terhadap Indonesia. Agresi militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa tokoh lain.

Baca juga: Lawan Rusia, Ukraina Minta Negara Barat Pasok Senjata Lebih Banyak

Kedekatan Indonesia semakin berlanjut di era 1970-an yang ditandai kunjungan tokoh nasionalis Ukraina, Yaroslav Stetsko. Tokoh yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi itu beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Salah satunya, ia datang saat pemakaman para jenderal yang menjadi korban Gerakan 30 September 1965.

Yaroslav Stetsko banyak menulis khususnya tentang gerakan pembebasan di negara-negara yang dijajah dan sangat menghargai kepentingan ideologi Pancasila dan menekankan kesamaannya dengan ideologi pejuang kemerdekaan Ukraina. Kedekatan ini semakin kuat ketika Ukraina menyatakan diri merdeka dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991 yang diakui Indonesia pada 28 Desember 1991 dan keduanya sepakat menjalin kerja sama diplomasi pada 6 Juni 1992. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya