Tiongkok Kembali Turunkan Suku Bunga Kredit Perbankan

Fetry Wuryasti
21/12/2021 11:27
Tiongkok Kembali Turunkan Suku Bunga Kredit Perbankan
Ilustrasi; mata uang Tiongkok, Yuan.(Dok.ant)

PEMERINTAH Tiongkok kembali menurunkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Artinya, Tiongkok mengakui ada perlambatan dalam pemulihan perekonomian. Oleh karena itu mereka memberikan lebih banyak dukungan dan stimulus moneter untuk perekonomian yang kian melemah, khususnya di sektor properti dan konsumsi swasta.

"Tingkat suku bunga pinjaman 1y, turun dari sebelumnya 3,85% menjadi 3,8%. Tingkat suku bunga pinjaman yang menurun hanya terjadi pada rentang waktu 1 tahun, untuk rentang waktu 5 tahun, tidak berubah tetap di 4,65%," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (21/12).

Pemotongan itu terjadi ketika Bank Sentral dan Pemerintah Tiongkok sepakat untuk mendukung perekonomian dengan mengikuti keputusan Bank Sentral Tiongkok pada awal bulan ini, untuk memotong jumlah uang tunai atau giro wajib minimum pada perbankan.

Hal ini menyebabkan terciptanya likuiditas senilai 1,2 triliun yuan atau USD 188 miliar. Hal ini juga menunjukkan bahwa bank dapat memberikan pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih murah dan memberikan kebijakan yang lebih longgar untuk memberikan stabilitas ekonomi pada tahun 2022.

Meski bukan tingkat suku bunga kebijakan, hal ini merupakan kabar baik khususnya bagi para perusahaan yang melakukan peminjaman. Mungkin secara persentase penurunan terlihat kecil, namun mampu menurunkan pembayaran beban bunga secara keseluruhan sebesar 80 miliar yuan per tahun mulai dari tahun 2022.

"Yang terjadi saat ini adalah bahwa Bank Sentral Tiongkok siap untuk melakukan apapun untuk menjaga proses pemulihan ekonomi tetap berjalan, termasuk kemungkinan kemungkinan untuk pemotongan lebih lanjut giro wajib minimum perbankan, serta puncaknya adalah penurunan tingkat suku bunga kebijakan utama," kata Nico.

Bank Sentral berjanji untuk terus mengeluarkan reformasi tingkat suku bunga dan memandu cost of fund terkait dengan pembiayaan Perusahaan secara keseluruhan menjadi lebih rendah.

Saat ini kami melihat bahwa sinyal menunjukan pada akhirnya Bank Sentral dan Pemerintah Tiongkok mengakui bahwa pelemahan akan terus berlanjut, apabila mereka tidak melakukan apapun," kata Nico.

Besar harapan  bahwa pemotongan akan terus terjadi baik suku bunga pinjaman maupun tingkat suku bunga utama. Bank Sentral Tiongkok juga akan memberikan dukungan terhadap perekonomian dengan cara yang lain yaitu dengan mendukung para developer properti yang berkualitas, dengan pembelian proyek real estate dari perusahaan perusahaan besar yang mengalami kesulitan.

"Ini menjadi kabar baik, bahwa mereka semua tidak berpangku tangan dan berdiam diri terhadap perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini," kata Nico.

Tidak menutup kemungkinan pada bulan Januari 2022 akan ada langkah lanjutan oleh Bank Sentral Tiongkok dalam memberikan dukungan stimulus, tergantung sejauh mana pelemahan perekonomian negara itu," kata Nico.

Namun tentu, yang harus diingat adalah blue print ekonomi Tiongkok yang berharap mendorong konsumsi untuk mengalami peningkatan. Saat ini penjualan ritel terus mengalami pelemahan hingga 3,9% pada bulan November, karena hampir masyarakat di Tiongkok lebih banyak berdiam di rumah akibat kemunculan virus baru.

Tidak hanya itu saja, pergeseran kebijakan Tiongkok yang dilakukan saat ini sangat berbeda dengan kebijakan yang diambil oleh The Fed. Perbedaan tersebut akan muncul pada tahun 2022 mendatang, dimana Amerika akan melakukan pengetatan yang lebih cepat, dan Tiongkok akan melakukan pelonggaran.

Baca Juga: Perayaan Tahun Baru 2022 di London Dibatalkan karena Omikron

Sebelumnya Tiongkok dan Amerika menjadi lokomotif pemulihan dunia. Namun tampaknya Tiongkok harus sedikit mundur kebelakang.

Sedangkan tingkat suku bunga Amerika yang apabila naik, nanti akan mengurangi permintaan di Amerika, sementara di posisi Tiongkok, akan lebih banyak meredam gejolak pelemahan ekonomi bukan merangsang atau menstimulus perekonomian di Tiongkok.

Pertumbuhan antara kedua perekonomian tersebut mulai konvergen jika Amerika mengikuti perlambatan Tiongkok pada tahun 2022 mendatang.

Sejauh ini poros Bank Sentral membawa risiko dan memiliki implikasi potensial terkait dengan fund flow. Kekuatan mata uang Tiongkok, Yuan, akan diuji apabila The Fed menaikkan tingkat suku bunganya yang mendorong Dollar menguat. Pergeseran perubahan kebijakan akan menggeser ekspektasi.

"Implikasi langsungnya akan terlihat pada pergerakan valuta asing antara Yuan dan Dollar nantinya. Well, apapun itu tampaknya Tiongkok dan Amerika tidak lagi beriringan dalam fase pemulihan, karena pemulihan seperti apapun itu, selama tidak konsistensi dan berkelanjutan, maka itu semua akan berlalu seperti debu," kata Nico. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya