Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

UE, Rusia, Iran Optimistis Usai Dimulainya Kembali Pembicaraan Nuklir 2015

Nur Aivanni
30/11/2021 11:16
UE, Rusia, Iran Optimistis Usai Dimulainya Kembali Pembicaraan Nuklir 2015
Ilustrasi nuklir(AFP/Atta Kenare)

Para diplomat dari Uni Eropa, Rusia dan Iran, pada Senin, menyatakan optimisme di tengah putaran baru pembicaraan nuklir Iran. Pembicaraan tersebut dilakukan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 setelah jeda selama lebih dari lima bulan.

"Saya merasa sangat positif tentang apa yang saya lihat hari ini," kata Enrique Mora, wakil sekretaris jenderal European External Action Service yang memimpin pembicaraan itu, setelah pertemuan tersebut.

Jelas ada keinginan delegasi Iran untuk menghidupkan kembali JCPOA, tambah Mora, yang merujuk pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).

Di Twitter, perwakilan tetap Rusia untuk organisasi internasional di Wina, Mikhail Ulyanov, mengatakan bahwa para pihak menyetujui langkah segera lebih lanjut selama putaran ketujuh negosiasi yang dimulai dengan cukup berhasil.

Sementara itu, negosiator utama Iran dan Wakil Menteri Luar Negeri Ali Bagheri Kani juga menyatakan optimisme setelah pembicaraan tersebut.

Namun, masih harus dilihat apakah optimisme tersebut dapat diubah menjadi hasil nyata ketika diplomat dari Tiongkok, Rusia, Inggris, Prancis dan Jerman, selain Iran, berkumpul pada Senin di hotel Palais Coburg untuk mencoba menghidupkan kembali kesepakatan 2015.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian, pada Jumat, mengatakan bahwa Iran serius tentang pembicaraan nuklir yang akan datang dan menginginkan kesepakatan yang baik dan dapat diverifikasi.

"Jika pihak lain siap untuk kembali ke kewajiban penuh mereka dan mencabut sanksi, kesepakatan yang baik dan bahkan segera dapat dicapai," kata Amir Abdollahian dalam percakapan telepon dengan Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.

Putaran terakhir pembicaraan mengenai pemulihan kesepakatan 2015 itu diadakan pada Juni. Pemerintah AS di bawah Donald Trump menarik diri dari perjanjian 2015 pada Mei 2018 dan secara sepihak memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran. Menanggapi itu, Iran secara bertahap berhenti menerapkan sebagian dari komitmennya terhadap kesepakatan itu sejak Mei 2019.

Tim perunding baru Iran telah mengajukan tuntutan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir, termasuk penghapusan semua sanksi AS, mekanisme verifikasi untuk penghapusan embargo, dan jaminan dari Amerika Serikat bahwa pemerintahan berikutnya tidak akan melanggar kesepakatan itu. (Xinhua/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya