Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Afghanistan Pasang Sistem Antirudal di Bandara Kabul

Nur Aivanni
12/7/2021 12:08
Afghanistan Pasang Sistem Antirudal di Bandara Kabul
Personel militer Afghanistan berjaga-jaga di Kabul.(AFP/WAKIL KOHSAR)

PIHAK berwenang Afghanistan, Minggu (11/7), mengatakan mereka telah memasang sistem antirudal di Bandara Kabul, ketika Taliban terus melakukan serangan di seluruh negeri.

Washington dan sekutunya akan mengakhiri misi militer mereka di Afghanistan, akhir Agustus, bahkan ketika para pemberontak mengatakan mereka sekarang menguasai 85% negara itu - sebuah klaim yang tidak dapat diverifikasi secara independen dan dibantah pemerintah.

Kemajuan pesat kelompok fundamentalis Islam, dalam beberapa pekan terakhir, telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan ibu kota dan bandaranya. NATO ingin mengamankan jalur keluar penting ke dunia luar bagi diplomat asing dan pekerja bantuan.

Baca juga: Kabul Minta Eropa Hentikan Deportasi Paksa Warga Afghanistan

"Sistem pertahanan udara yang baru dipasang telah beroperasi di Kabul sejak pukul 02.00 (waktu setempat) pada Minggu (11/7)," kata Kementerian Dalam Negeri Afghanistan dalam sebuah pernyataan.

"Sistem itu telah terbukti berguna di dunia dalam menangkis serangan roket dan rudal," imbuh kementerian itu.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Tariq Arian mengatakan kepada AFP bahwa sistem pertahanan itu telah dipasang di bandara, sementara Juru Bicara Pasukan Keamanan Ajmal Omar Shinwari mengatakan sistem itu diberikan oleh kawan asing mereka.

"Itu memiliki teknologi yang sangat rumit. Untuk saat ini teman-teman asing kami mengoperasikannya sementara kami mencoba membangun kapasitas untuk menggunakannya," kata Shinwari.

Dalam seminggu terakhir, tambahnya, 1.177 pejuang Taliban tewas dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah.

Taliban secara teratur meluncurkan roket dan mortir ke pasukan pemerintah di seluruh pedesaan, dengan kelompok Islamic State (IS) melakukan serangan serupa di ibu kota pada 2020.

IS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan roket tahun ini di Pangkalan Udara Bagram, fasilitas militer AS terbesar di negara itu, yang baru-baru ini diserahkan kepada pasukan Afghanistan.

Turki telah berjanji memberikan keamanan untuk bandara Kabul setelah pasukan AS dan NATO pergi bulan depan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat (9/7), mengatakan Turki dan Amerika Serikat (AS) telah menyetujui "ruang lingkup" tentang bagaimana bandara akan dikelola di bawah kendali pasukan Turki.

Militan Taliban telah melancarkan serangan cepat di seluruh negeri, tetapi sebagian besar di provinsi utara dan barat, sejak awal Mei, ketika pasukan terakhir AS mulai meninggalkan Afghanistan.

Pada Minggu (11/7), India menjadi negara terakhir yang mengevakuasi para diplomat karena situasi keamanan yang memburuk. Kementerian luar negeri India mengatakan stafnya telah ditarik sementara dari konsulatnya di Kandahar selatan, tempat Taliban bertempur dengan pasukan Afghanistan di pinggir kota.

Sebuah sumber keamanan menambahkan bahwa sekitar 50 personel India, termasuk sekitar enam diplomat, dibawa pulang. Pekan lalu, Rusia mengumumkan telah menutup konsulatnya di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan utara, sementara Tiongkok juga mengevakuasi 210 warga negara dari negara itu.

Setelah Kabul meminta anggota milisi di seluruh negeri untuk membantu melawan serangan, juru bicara keamanan Afghanistan Shinwari pada Minggu mendesak pemuda Afghanistan untuk bergabung dengan angkatan bersenjata. Dikatakannya, pihak berwenang telah membuat prosedur perekrutan lebih mudah.

Sementara itu, utusan Pakistan untuk Kabul meminta masyarakat internasional untuk membantu memperkuat pasukan keamanan Afghanistan. Dia juga memperingatkan bahwa mengerahkan milisi untuk memerangi Taliban dapat memperburuk situasi di negara yang dilanda kekerasan itu.

"Jika situasi terus memburuk di Afghanistan, tentu saja, akan ada tantangan dalam hal keamanan di dalam Afghanistan," kata Mansoor Ahmad Khan kepada AFP pada Sabtu, dengan mengatakan hal itu dapat memberi ruang bagi kelompok-kelompok seperti ISIS atau Al Qaeda. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya