Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino III Meninggal Dunia

Atikah Ishmah Winahyu
24/6/2021 12:59
Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino III Meninggal Dunia
Pada KTT APEC 2015 di Manila, Filipina, Presiden Filipina Benigno S. Aquino III (kanan) berbincang dengan Wapres Ri Jusuf Kalla.(ANTARA FOTO/R. Rekotomo/)

BENIGNO Aquino III, mantan Presiden Filipina, meninggal di Manila pada Kamis (24/6). Dia meninggal di usia 61 tahun’

Kematiannya dikonfirmasi oleh beberapa pejabat pemerintah dan seseorang yang dekat dengan keluarga Aquino, namun penyebabnya belum terungkap.

Menurut laporan, Aquino dilarikan ke Capitol Medical Center di wilayah metropolitan Manila. Dia sakit sejak 2019 dan baru-baru ini menjalani operasi jantung, menurut situs berita Rappler.

“Dia adalah teman baik dan presiden yang jujur,” cuit Wakil Presiden Filipina Leni Robredo, anggota Partai Liberal Aquino di Twitter.

"Dia mencoba melakukan apa yang benar, bahkan meski itu tidak populer,” imbuhnya.

Aquino yang menjabat dari 2010 hingga 2016, adalah presiden ke-15 negara itu. Dia digantikan oleh pemimpin petahana Rodrigo Duterte, yang menjadi lawan politiknya.

Aquino kemudian jarang terlihat oleh publik sejak meninggalkan kantor pada 2016.

Pria yang akrab dikenal dengan sebutan “Noynoy” ini adalah putra dari dua ikon demokrasi, mantan senator Benigno Aquino, yang dibunuh sekembalinya dari pengasingan pada 1983.

Ibunya, Corazon Cojuangco-Aquino, seorang ibu rumah tangga yang naik menjadi presiden setelah pemimpin otoriter Ferdinand Marcos digulingkan. Dia meninggalkan empat saudara perempuan.

Aquino terpilih pada gelombang sentimen pro-demokrasi setelah kematian ibunya. Dia menjalankan slogan "Tidak ada korupsi, tidak ada kemiskinan."

Pemerintahannya dipuji, terutama di tahun-tahun awal masa jabatannya, dengan menstabilkan ekonomi.

Dia juga berhasil membuat Front Pembebasan Islam Moro, sebuah kelompok pemberontak besar, untuk meninggalkan kekerasan setelah beberapa dekade konflik bersenjata. Negosiasi membuka jalan bagi daerah otonom di selatan negara itu.

Dalam urusan internasional, kepresidenannya mungkin paling dikenang karena sikap tegas atas hak teritorial di Laut China Selatan. Pemerintahan Aquino memimpin sebuah kasus di hadapan Pengadilan Arbitrase Permanen terhadap klaim maritim China di perairan tersebut.

Pengadilan memutuskan mendukung Filipina pada Juli 2016, setelah masa jabatan Aquino, tetapi Duterte sebagian besar menghindari konfrontasi dengan Beijing.

Pemerintah Aquino sangat dikritik karena penanganannya terhadap Topan Haiyan, yang menewaskan ribuan orang Filipina, pada tahun 2013. Popularitasnya tidak pernah benar-benar pulih dari operasi polisi yang gagal untuk menangkap pemberontak Muslim pada tahun 2015 yang menewaskan 44 petugas.

Analis mengatakan bahwa ketidakpuasan dengan pemerintahannya akhirnya menyebabkan munculnya Duterte yang populis. (Aiw/Washington Post/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya