Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kematian Covid-19 di Portugis Naik, Petugas Pemakaman Kewalahan

Atikah Ishmah Winahyu
03/2/2021 15:05
Kematian Covid-19 di Portugis Naik, Petugas Pemakaman Kewalahan
Petugas sedang memakamkan jenazah akibat virus corona.(Antara)

ARTUR Palma sedang berusaha keras untuk mengatasi jenazah yang menumpuk di ruang pemakaman pinggiran kota Lisbon saat sebuah panggilan telepon masuk.

Telepon itu rupanya berasal dari rumah jompo terdekat. Palma pun mengirim karyawannya, Jose Santos untuk menjemput korban covid-19 baru dan membawa jenazah tersebut ke ruang pemakaman Velhinho yang dia kelola di Amadora.

Pakaian yang dikenakan Santos sesuai dengan pedoman kesehatan terbaru Portugal, setelan putih dari kepala hingga ujung kaki, sarung tangan dan masker bedah. Kemudian, dia berangkat dengan mobil jenazahnya.

Palma mengatakan, bisnis dan staf pemakaman kewalahan akibat ledakan kematian covid-19 selama gelombang ketiga dalam beberapa minggu terakhir.

"Ini benar-benar kekacauan. Ada begitu banyak orang meninggal sehingga kami tidak memiliki cukup ruang untuk mereka semua," kata Palma.

"Ini adalah beban yang sangat berat di semua tingkatan, secara fisik dan psikologis. Kami tidur sebentar dan kami telah mencapai batas. Kami mencapai titik puncak," tambahnya.

Karyawan Velhinho sekarang melakukan tiga atau empat perjalanan dalam seminggu ke rumah jompo untuk mengumpulkan korban meninggal, cerita Santos, 62, di belakang kemudi mobil jenazahnya.

Jumlah tersebut sekitar tiga kali lipat dari jumlah kematian yang ditangani rumah duka pada Januari 2020.

Menurut data yang dikumpulkan oleh AFP, selama dua minggu terakhir Portugal telah mencatat jumlah infeksi dan kematian terbesar. Selama setahun sejak pandemi dimulai, Portugal menempati urutan ketujuh di dunia untuk infeksi per kapita tetapi lebih rendah dalam daftar kematian per kapita.

Penyakit ini telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa di negara berpenduduk 10 juta orang itu, termasuk lebih dari 5.500 korban di bulan Januari saja.

Lockdown kedua diberlakukan pada 15 Januari dalam upaya untuk memperlambat infeksi.

Di panti jompo, Santos dan seorang rekannya memasukkan jenazah ke dalam kantong jenazah dan membawanya dengan tandu ke mobil.

"Ini benar-benar harus terjadi seperti ini mulai sekarang," kata Santos, menekankan pentingnya menghormati tindakan kesehatan pada setiap tahap persiapan jenazah untuk dimakamkan.

Kembali ke ruang duka, di tengah tumpukan peti mati kayu berornamen baru, Santos dan Palma melengkapi perlengkapan pelindung mereka dengan menarik penutup sepatu medis, kacamata, overall, dan masker gas.

"Kami benar-benar harus tetap menggunakan alat pelindung ini. Saya sendiri mengenakan tiga pasang sarung tangan. Sarung tangan ini dibuat untuk situasi berisiko tinggi," kata Palma.

Korban covid-19 dibungkus dengan kain kafan sebelum ditempatkan di peti mati. Tubuh mereka tidak dibalsem karena risiko penularan tetapi disinfektan disemprotkan ke mana-mana.

Saat peti mati disegel, staf Velhinho menutupi sambungan dengan pita perekat, yang kemudian ditutup dengan beberapa lapisan plastik. Jenazah kemudian dimasukkan kembali ke ruangan berpendingin, penuh dengan korban covid.

Palma sendiri telah kehilangan anggota keluarganya karena penyakit tersebut. "Akibat covid-19, saya sudah kehilangan bibi, sepupu, ayah, dan kakek saya," ungkapnya.

Di rumah duka Velhinho, total hanya ada empat orang yang harus menghadapi lonjakan jenazah baru-baru ini dan pekerjaan itu menimbulkan biaya pribadi yang tinggi.

"Ini sangat sulit dan kami merasa seperti di rumah sendiri dengan keluarga kami. Untungnya, mereka ada untuk mendukung kami," kata Santos. (France24/OL-13)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya