Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pembagian vaksin covid-19 antara negara kaya dan miskin semakin memburuk dari hari ke hari. Kegagalan distribusi vaksin secara adil, kata WHO, bisa merugikan ekonomi global sebesar triliunan dolar.
WHO membutuhkan US$26 miliar tahun ini untuk program yang bertujuan mempercepat pengembangan, pengadaan dan pemberian vaksin yang adil, lalu perawatan dan pengujian untuk mengalahkan pandemi virus korona.
"Negara-negara kaya sedang meluncurkan vaksin, sementara negara-negara paling tidak berkembang melihat dan menunggu," keluh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Setiap hari berlalu, kesenjangan tumbuh lebih besar antara yang kaya dan miskin di dunia," imbuhnya dalam konferensi pers.
"Nasionalisme vaksin mungkin menjadi tujuan politik jangka pendek. Tapi itu kepentingan ekonomi jangka menengah dan panjang setiap negara untuk mendukung kesetaraan vaksin," tambahnya.
Tedros mengutip sebuah studi yang dilakukan Research Foundation of the International Chamber of Commerce, yang mewakili lebih dari 45 juta perusahaan di lebih dari 100 negara.
"Nasionalisme vaksin dapat merugikan ekonomi global hingga US$9,2 triliun dan hampir setengahnya, US$4,5 triliun, akan terjadi di negara-negara terkaya," ungkapnya.
Baca juga: WHO:Ketimpangan Negara Miskin dan Kaya untuk Dapat Vaksin Covid-19
Laporan tersebut mengatakan kerusakan finansial akibat pandemi di negara-negara kaya tidak dapat diperbaiki kecuali dampak krisis di negara-negara berkembang juga ditangani, karena antar-konektivitas ekonomi di seluruh dunia.
Tedros mengatakan berinvestasi dalam apa yang disebut program ACT Accelerator, untuk mencoba mengurangi pandemi atas dasar gabungan dan adil, itu bukanlah amal tetapi hanya akal sehat ekonomi.
Tedros mengatakan tepat setahun yang lalu, kurang dari 1.500 kasus covid-19 telah dilaporkan ke WHO, termasuk hanya 23 di luar Tiongkok, tempat klaster infeksi pertama ditemukan. Ada lebih dari 2,1 juta kematian telah tercatat sejak saat itu.
"Minggu ini, kami perkirakan bisa mencapai 100 juta kasus yang dilaporkan," tukasnya.(AFP/OL-5)
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved