Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Petugas Kesehatan Alaska Alami Reaksi Alergi Serius

Atikah Ishmah Winahyu
18/12/2020 05:55
Petugas Kesehatan Alaska Alami Reaksi Alergi Serius
Kesibukan petugas kesehatan saat merawat pasien covid-19 di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Sharp Grossmont La Mesa, California,(AFP/GETTY IMAGES/MARIO TAMA)

SEORANG petugas kesehatan di Alaska mengalami reaksi alergi yang serius setelah mendapatkan vaksin covid-19/12). Gejala muncul dalam beberapa menit dan membutuhkan rawat inap di rumah sakit semalaman.

Dia mengalami ruam di wajah dan tubuhnya, sesak napas, dan detak jantung meningkat.

"Pekerja paruh baya tersebut tidak memiliki riwayat alergi, tetapi mengalami reaksi anafilaksis yang dimulai 10 menit setelah menerima vaksin di Rumah Sakit Regional Bartlett di Juneau, Alaska," kata seorang pejabat rumah sakit.

Direktur medis departemen darurat rumah sakit Lindy Jones mengatakan pekerja tersebut pertama kali diberi suntikan epinefrin, yang merupakan pengobatan standar untuk reaksi alergi yang parah. Setelah itu, gejalanya mereda, tetapi kemudian muncul kembali. Dia pun diobati dengan steroid dan tetesan epinefrin.

"Ketika dokter mencoba menghentikan infus, gejalanya muncul kembali. Jadi, wanita itu dipindahkan ke unit perawatan intensif, diamati sepanjang malam, kemudian disapih pada Rabu (16/12) pagi," ungkap Jones.

Dia mengatakan wanita itu merasa baik-baik saja dan keluar dari rumah sakit pada Rabu malam.

Meskipun vaksin Pfizer terbukti aman dan sekitar 95% efektif dalam uji klinis yang melibatkan 44 ribu peserta, kasus di Alaska mungkin akan meningkatkan kekhawatiran tentang potensi efek samping. Para ahli menggambarkan gejala yang dialami wanita tersebut berpotensi mengancam nyawa dan mengatakan mereka mungkin akan meminta pedoman yang lebih ketat untuk memastikan penerima diawasi dengan cermat untuk mengindari reaksi yang merugikan.

Ahli vaksin dan anggota panel penasihat luar Paul A Offit, yang merekomendasikan Food and Drug Administration untuk mengesahkan vaksin Pfizer dalam penggunaan darurat, mengatakan tindakan pencegahan yang sesuai sudah diterapkan. Misalnya, persyaratan bahwa penerima tetap di tempat selama 15 menit setelah mendapatkan vaksin membantu memastikan wanita itu segera dirawat.

"Menurutku, ini tidak berarti kita harus menghentikan distribusi vaksin. Tidak sama sekali," ujarnya.

Namun, dia mengatakan para peneliti perlu mencari tahu komponen vaksin apa yang menyebabkan reaksi itu.

Pakar penyakit menular terkemuka di Pusat Pengendalian Penyakit Jay Butler mengatakan kasus Alaska menunjukkan sistem pemantauan telah berfungsi. Badan tersebut merekomendasikan vaksin diberikan di pengaturan yang memiliki persediaan, termasuk oksigen dan epinefrin, untuk mengelola reaksi anafilaksis.

Reaksi yang dialami wanita Alaska itu diyakini mirip dengan reaksi anafilaksis yang dialami dua petugas kesehatan di Inggris setelah menerima vaksin Pfizer-Biontech pekan lalu.

Juru bicara Pfizer, Jerica Pitts, mengatakan perusahaan belum memiliki semua rincian kasus tersebut, tetapi sedang bekerja dengan otoritas kesehatan setempat. Vaksin tersebut dilengkapi dengan informasi yang memperingatkan perawatan medis harus tersedia jika terjadi peristiwa anafilaksis langka.

"Kami akan memantau dengan cermat semua laporan yang menunjukkan reaksi alergi serius setelah vaksinasi dan memperbarui bahasa pelabelan jika diperlukan," kata Pitts.

 

Rekor ganda

Amerika Serikat mencatat rekor ganda yang suram pada Rabu, yakni ada lebih dari 3.700 kematian dan lebih dari 250 ribu kasus baru akibat covid-19 dalam 24 jam, menurut Johns Hopkins University.

Negara tersebut telah mengalami lonjakan infeksi covid yang spektakuler selama lebih dari sebulan sekarang, dengan sekitar 113 ribu orang saat ini dirawat di rumah sakit karena virus tersebut, juga rekor baru, menurut data dari Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

Penghitungan tersebut menandai ketiga kalinya dalam seminggu terakhir Amerika Serikat telah melewati ambang 3.000 kematian.

Sementara itu, Israel akan mulai meluncurkan vaksinasi covid-19 besar-besaran pada minggu depan seusai Perdana Menteri menghubungi kepala produsen obat.

Di sisi lain, jutaan warga Palestina yang hidup di bawah kendali Israel harus menunggu lebih lama lagi untuk mendapatkan vaksin.

Israel mencapai kesepakatan dengan perusahaan farmasi Pfizer untuk memasok 8 juta dosis vaksin, cukup bagi hampir setengah dari populasi Israel yang berjumlah 9 juta warga karena setiap orang membutuhkan dua dosis.

Kesepakatan terjadi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara pribadi menghubungi Kepala Eksekutif Pfizer Albert Bourla beberapa kali dan menuturkan pada satu titik dia dapat menghubungi CEO pada pukul 02.00. (Nur/Nytimes/AFP/Theguardian/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya