Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Persediaan Uranium Iran Melebihi Batas yang Ditetapkan

Faustinus Nua
12/11/2020 07:44
Persediaan Uranium Iran Melebihi Batas yang Ditetapkan
Fasilitas pengayaan uranium di Qom, Iran.(AFP/HO / Atomic Energy Organization of Iran)

IRAN terus meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya kadar rendah atau Low Enriched Uranium (LEU) jauh melampaui batas yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir. Negara Timur Tengah itu juga melakukan pengayaan hingga tingkat kemurnian yang lebih tinggi dari yang diizinkan.

Badan Energi Atom Internasional melaporkan hal itu dalam sebuah dokumen rahasia yang didistribusikan ke negara-negara anggota. Dokumen itu menunjukan Iran, pada 2 November, memiliki persediaan 2.442,9 kilogram (5.385,7 pon) LEU, naik dari 2.105,4 kilogram (4.641,6 pon) yang dilaporkan pada 25 Agustus.

Kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015 dengan Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, Inggris, Tiongkok, dan Rusia, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) memungkinkan Iran hanya menyimpan persediaan 202,8 kilogram (447 pound).

Baca juga: Putra Mahkota Bahrain Ditunjuk Jadi Perdana Menteri

IAEA melaporkan Iran juga terus memperkaya uranium hingga kemurnian 4,5%, lebih tinggi dari 3,67% yang diizinkan berdasarkan kesepakatan.

Iran telah secara terbuka mengumumkan semua pelanggaran kesepakatan nuklir sebelumnya yang mengikuti keputusan AS menarik diri secara sepihak pada 2018.

Kesepakatan itu menjanjikan insentif ekonomi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Sejak penarikan AS dan penerapan sanksi baru, Teheran telah menekan pihak yang tersisa dengan pelanggaran untuk menemukan cara baru untuk mengimbangi tindakan Washington yang melumpuhkan ekonominya.

Pada saat yang sama, pemerintah Iran terus mengizinkan inspektur Badan Energi Atom Internasional akses penuh ke fasilitas nuklirnya, alasan utama negara-negara yang tetap menjadi anggota JCPOA mengatakan itu layak untuk dilestarikan.

Tujuan dari perjanjian itu adalah mencegah Iran membangun senjata nuklir, sesuatu yang menurut negara itu tidak akan dilakukannya.

Analis yang dikutip secara luas oleh Asosiasi Pengendalian Senjata yang berbasis di Washington menunjukkan bahwa Iran sekarang memiliki lebih dari dua kali lipat bahan yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.

Namun, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengungkapkan dalam sebuah wawancara bulan lalu bahwa agensinya tidak membagikan penilaian itu.

Sebelum menyetujui kesepakatan nuklir, Iran memperkaya uraniumnya hingga kemurnian 20%, yang merupakan langkah teknis singkat dari level senjata 90%.

Pada 2013, persediaan uranium yang diperkaya Iran sudah lebih dari 7.000 kilogram (7,72 ton) dengan pengayaan yang lebih tinggi, tetapi tidak mengejar bom.

Dalam laporan triwulanan yang dibagikan kepada anggota pada Rabu (11/11), IAEA masih mempertanyakan penemuan tahun lalu terkait partikel uranium buatan manusia di sebuah situs di luar Teheran yang tidak diumumkan oleh Iran.

AS dan Israel telah menekan IAEA selama beberapa waktu untuk menyelidiki fasilitas Turquzabad, yang digambarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada PBB pada 2018 sebagai "gudang atom rahasia".

Dalam laporan saat ini, IAEA mengatakan "komposisi partikel yang diubah secara isotop" yang ditemukan di sana "mirip dengan partikel yang ditemukan di Iran di masa lalu, yang berasal dari komponen sentrifugal yang diimpor."

Dikatakan mereka menemukan tanggapan Iran atas pertanyaan bulan lalu "tidak memuaskan."

"Menyusul penilaian atas informasi baru ini, badan tersebut memberi tahu Iran bahwa mereka terus menganggap tanggapan Iran tidak dapat dipercaya secara teknis," tulis IAEA minggu ini. “Penjelasan lengkap dan cepat dari Iran diperlukan.” (France24/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya