Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Facebook Hapus Jaringan Palsu Jelang Pemilu AS

Haufan Hasyim Salengke
25/9/2020 11:44
Facebook Hapus Jaringan Palsu Jelang Pemilu AS
Logo Facebook terlihat di sejumlah komputer tablet.(AFP/Lionel BONAVENTURE)

FACEBOOK, Kamis (24/9), mengatakan telah menghapus tiga jaringan palsu terpisah yang berasal dari Rusia karena melanggar kebijakan perusahaan terhadap campur tangan asing atau pemerintah di tengah Pilpres Amerika Serikat (AS) pada 3 November.

Jaringan tersebut menunjukkan perilaku tidak autentik yang terkoordinasi, yang menggunakan "akun palsu sebagai bagian sentral dari operasi mereka untuk menyesatkan orang tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan," menurut pernyataan perusahaan.

Facebook mengatakan jaringan itu juga terkait dengan aktor yang terkait dengan campur tangan di pemilu AS sebelumnya, termasuk mereka yang terlibat dalam pemilihan presiden AS 2016.

Baca juga: Tiga Negara Bagian AS Alami Lonjakan Kasus Covid-19

Jaringan tersebut menargetkan negara dan berfokus pada "menciptakan entitas dan persona media fiktif atau tampaknya independen untuk melibatkan individu tanpa disadari untuk memperkuat konten mereka" dan "mengarahkan orang ke situs web lain yang dikendalikan oleh operasi ini," kata pernyataan itu.

Facebook menghapus dua jaringan terpisah pada Selasa (22/9) karena alasan yang sama, satu berasal dari Tiongkok dan yang lainnya di Filipina. Sementara itu, pada 3 September, Facebook mengumumkan larangan semua iklan politik baru yang berjalan di platformnya satu minggu sebelum pemilihan presiden 2020.

Sementara itu, Moskow dengan keras dan berulang kali membantah ikut campur dalam pemilu AS di masa lalu.

FBI, Kamis (24/9), memperingatkan tentang platform media sosial dan meminta warga "melaporkan unggahan mencurigakan yang tampaknya menyebarkan informasi palsu atau tidak konsisten tentang pemungutan suara dan pemilu."

"Pelaku jahat menggunakan berbagai metode untuk menyebarkan disinformasi tentang pemungutan suara, seperti platform media sosial, SMS, atau aplikasi perpesanan peer-to-peer di ponsel pintar," katanya.

Microsoft, pada 10 September, mengatakan pihaknya mendeteksi serangan siber yang menargetkan orang dan organisasi yang terlibat dalam pemilu, termasuk serangan yang gagal terhadap mereka yang terkait dengan kampanye Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden. (AA/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya