Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
AMERIKA Serikat, kemarin, menuntut agar semua sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diberlakukan kembali untuk Iran, menyusul kegagalan dalam upaya memperpanjang embargo senjata terhadap Teheran.
Dikutip France24, desakan pemerintah untuk kembali menerapkan sanksi internasional terhadap Iran memicu perselisihan. Ada kemungkinan bahwa seruan AS akan diabaikan anggota PBB lainnya.
“Dua tahun lalu, saya menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran yang menghancurkan, yang merupakan produk dari kegagalan kebijakan luar negeri ObamaBiden, kegagalan seperti yang dilihat beberapa orang dalam hal jumlah uang yang kami bayarkan dan kesepakatan jangka pendek,” kata Trump.
“Jika saya memenangi pemilu, di bulan pertama, Iran akan datang kepada kami dan mereka akan meminta kesepakatan karena mereka melakukannya dengan sangat buruk,” imbuhnya.
Menurut Trump, sanksi telah melumpuhkan ekonomi Iran. Selain itu, juga membatasi jumlah uang yang dapat digunakan untuk mendukung kelompok militan. Trump mengatakan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo akan melakukan perjalanan ke New York pada Kamis untuk menyampaikan permintaan AS terkait pemberlakuan kembali sanksi. Dia menuduh Iran tidak mematuhi kesepakatan nuklir pada
2015 secara signifikan.
Adapun pemerintahan Trump ingin memberlakukan kembali semua sanksi internasional yang telah dikurangi. Namun, negara lain mengklaim AS tidak memiliki hak mengajukan permintaan karena pemerintahan Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada dua tahun lalu.
Pompeo dan Trump tidak merahasiakan niat mereka untuk meminta langkah diplomatik yang kontroversial setelah kekalahan pemerintah di PBB pada pekan lalu dalam memperpanjang embargo senjata.
AS hanya memenangi satu suara lainnya, sedangkan Rusia dan Tiongkok menentang dan 11 anggota lainnya abstain. Terkait embargo senjata, Rusia dan Tiongkok menentang penerapan kembali sanksi terhadap Iran. Begitu pula anggota dewan keamanan lainnya, termasuk sekutu AS, Inggris dan Prancis. (France24/Van/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved