Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Kebijakan lockdown akibat pandemi covid-19 di Sri Lanka telah membantu mengurangi jumlah kematian gajah. Pasalnya, pembatasan itu membuat bentrokan antara gajah dan manusia jarang terjadi.
Dikutip CNA, berdasarkan data pemerintah, tahun 2019 tercatat rekor 405 gajah yang dibunuh manusia di negara itu. Angka itu naik dari tahun 2018 sekitar 360. Sementara korban manusia yang terbunuh karena gajah-gajah yang mengamuk sebanyak 121 orang atau naik dari 96 tahun sebelumnya.
Baca juga: Ribuan Relawan Bantu Bersihkan Tumpahan Minyak di Laut Mauritius
Berbicara menjelang Hari Gajah Sedunia pada Rabu (12/8), Jayantha Jayewardene, pakar gajah internasional terkemuka, mengatakan bahwa kontak antara manusia-gajah mereda selama pemberlakuan jam malam. Pemburuan liar juga terus berkurang.
"Tapi ini situasi sementara. Para petani akan mulai mempertahankan tanaman mereka dan perburuan akan berlanjut," ungkapnya.
Sebagian besar gajah yang terbunuh ditembak mati atau diracun oleh petani yang berusaha menjauhkannya dari tanah mereka. Binatang itu dianggap sakral dan dilindungi di pulau dengan mayoritas beragama Buddha, tetapi penuntutan terhadap pembunuhan gajah jarang terjadi.
Sumith Pilapitiya, seorang konservasionis dan mantan direktur jenderal departemen satwa liar pemerintah, memperkirakan jumlah kematian gajah menurun 40% selama lockdown virus korona, yang dimulai pada Maret dan secara resmi berakhir pada Juni.
Pilapitiya mengatakan rata-rata 240 gajah dibunuh setiap tahun antara 2010 dan 2017 dan jumlahnya meningkat sejak itu.
"Gajah Asia diklasifikasikan sebagai 'terancam punah', jadi kami tidak bisa kehilangan gajah pada tingkat itu," katanya.
Dia mengharapkan pengurangan yang signifikan selama lockdown akan menurunkan jumlah kematian gajah secara keseluruhan untuk tahun ini. Populasi gajah Sri Lanka telah menurun menjadi sekitar 7.000 menurut sensus terbaru, turun dari 12.000 pada awal 1900-an.(CNA/H-3)
POPULASI gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Provinsi Riau terus mengalami penurunan semenjak 20 tahun terakhir dan semakin di ambang kepunahan.
Konflik antara gajah dan manusia yang menimbulkan jatuh korban jiwa itu sempat terjadi juga di kawasan yang sama pada 2021.
Jika ada habitat satwa yang akan dialihfungsikan untuk menjadi pusat kegiatan manusia, maka perlu dibuat koridor satwa liar agar meminimalisir konflik satwa dan manusia.
PADA momen perayaan Hari Gajah Sedunia pada 12 Agustus, kita diingatkan akan urgensi masa depan gajah sebagai salah satu hewan darat terbesar dan terancam di dunia.
Sesuai informasi diperoleh Media Indonesia, Sabtu (10/6), bangkai gajah betina berusia sekitar 3 tahun itu awalnya ditemukan warga pada Jumat (9/6) di dekat pinggiran hutan
Pemasangan GPS Collar dilakukan dalam upaya mitigasi interaksi negatif antara manusia dan gajah sumatera.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved