Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pengunjuk Rasa Antipemerintah Banjiri Beirut

Haufan Hasyim Salengke
08/6/2020 00:55
Pengunjuk Rasa Antipemerintah Banjiri Beirut
Unjuk rasa di Beirut, Libanon(AFP)

PARA pengunjuk rasa berduyun-duyun ke jalan-jalan ibu kota Libanon, Sabtu (6/6), untuk mengecam krisis ekonomi ketika bentrokan meletus antara pendukung dan penentang kelompok Syiah yang didukung Iran, Hizbullah.

Ratusan pengunjuk rasa memenuhi jalanjalan di sekitar pusat protes Martyrs Square di pusat Kota Beirut. Mereka mengecam kurangnya reformasi pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi. Libanon yang terbebani utang sedang bergulat dengan gejolak ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990. Kini, diperparah oleh lockdown akibat virus korona baru.

“Kami turun ke jalan-jalan untuk menuntut hak-hak kami, menyerukan perawatan medis, pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak dasar yang dibutuhkan manusia untuk tetap hidup,” kata pelajar berusia 21 tahun, Christina.

Namun, protes yang dilakukan pada Sabtu waktu setempat berubah menjadi kekerasan ketika para pendukung Hizbullah bentrok dengan beberapa demonstran yang menuntut agar kelompok Syiah yang didukung Iran itu dilucuti.

Hizbullah merupakan satu-satunya kelompok yang menyimpan senjata sejak berakhirnya perang saudara Libanon pada 1990 dan telah memecah Libanon di sepanjang garis politik. 

“Katakan tidak untuk Hizbullah, tidak untuk senjatanya,” kata sebuah palakat yang dipegang oleh Sana, 57, seorang pemrotes perempuan dari Nabatiyeh, sebuah kota di Libanon selatan yang merupakan markas Hizbullah.

“Senjata seharusnya hanya ada di tangan tentara,” ujarnya.


Saling lempar batu

Menurut fotografer AFP, pendukung dan penen tang Hizbullah saling melempar batu dan mendorong tentara yang membentuk rantai manusia untuk memisahkan mereka. Pendukung Hizbullah, yang juga diwakili dalam  pemerintahan dan parlemen, meneriakkan “Syiah, Syiah.”

Pasukan keamanan juga menembakkan gas air mata di dekat jalan menuju gedung parlemen di belakang Lapangan Martir setelah beberapa demonstran melempari mereka dengan batu dan menggeledah toko-toko di daerah tersebut. Palang Merah Libanon mengatakan di Twitter bahwa 37 orang terluka dalam kekerasan yang terjadi saat itu.  Kebanyakan dari mereka dirawat di tempat kejadian. Libanon telah diguncang oleh serangkaian krisis politik dalam beberapa tahun terakhir sebelum krisis ekonomi membantu memicu protes massa lintas sektarian yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Oktober.

Aksi tersebut memaksa pemerintah yang baru dipimpim Perdana Menteri Hassan Diab sejak Februari mengundurkan diri. Namun, banyak orang Libanon mengatakan bahwa pemerintah telah gagal menemukan solusi untuk berbagai masalah negara itu. Menurut perkiraan resmi, lebih dari 35% orang Libanon menganggur, sementara kemiskinan telah melonjak hingga menelan lebih dari 45% populasi.

Libanon juga merupakan salah satu negara di dunia yang paling berutang dengan utang setara lebih dari 170% PDB-nya. Negara gagal bayar utangnya untuk pertama kali pada bulan Maret. (Ahramonline/The Guardian/I-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya