Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
MENTERI Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi meminta seluruh negara untuk tetap mendukung WHO melalui sistem multilateralisme. Menurutnya, di masa kritis menghadapi pandemi covid-19, semua pihak harus bekerja sama.
Hal itu ditegaskan Retno pada Pertemuan Tingkat Menteri Kelompok Alliance for Multilateralism (AoM), Kamis (16/4), yang berlangsung melalui video conference. Sebanyak 30 negara mengikuti pertemuan virtual tingkat Menteri AoM yang diprakarsai oleh Jerman untuk membahas pandemi covid-19.
Baca juga: Menlu RI-Belanda Tandatangani Kerja Sama Multisektor
AoM merupakan forum negara-negara yang bersifat lepas yang dibentuk untuk meningkatkan kerja sama dalam mengatasi berbagai permasalahan global.
Dalam pertemuan AoM tersebut Menlu RI juga menyampaikan dua poin utama yang dapat dilakukan negara untuk merespon krisis kemanusiaan yang terjadi, serta memperkuat upaya kerja sama internasional selama masa pandemi berlangsung.
Pertama, dalam menghadapi pandemi covid-19 tidak ada opsi lain bagi masyarakat internasional selain memanfaatkan WHO sebagai wadah kerjasama bagi seluruh negara anggota PBB.
Kedua, Menlu RI menegaskan pentingnya bagi masyarakat internasional untuk menjamin agar sistem multilateral dapat memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat luas, yaitu persediaan alat medis yang esensial, alat protektif diri, obat, dan vaksin.
“Untuk itu, sistem multilateral harus dapat bersifat lebih fleksibel terhadap isu terkait hak paten dan hak kekayaan intelektual dalam memproduksi alat medis, obat dan vaksin kepada negara ketiga," ujar Retno seperti disampaikan dalam keterangan Kemenlu.
Selain itu, Menlu juga menekankan sistem multilateral harus dapat memfasilitasi pergerakan dan alur barang supaya dapat terus menopang perdagangan dan rantai pasokan global.
Pertemuan virtual ini menghasilkan Deklarasi berjudul “We need strong global cooperation and solidarity to fight covid-19" yang memuat berbagai elemen terkait tantangan kesehatan, ekonomi, finansial, dan pencegahan pandemi covid-19.
Hal ini termasuk dimensi disinformasi yang kerap kali meningkatkan risiko penyebaran penyakit dan berpotensi menghambat respons kesehatan global yang efektif dan efisien. (Hym/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved