Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KETIKA asap dari aksi pembakaran menghilang setelah kerusuhan komunal yang kejam di New Delhi, muncul cerita tentang tetangga muslim dan Hindu yang saling membantu ketika massa merusak komunitas mereka.
Afreen Khatoon tinggal di lingkungan Chand Bagh yang mayoritas Muslim di Delhi. Selama kekerasan yang mencekam di ibu kota India, pekan lalu, Khatoon dan anak-anaknya terpaksa melarikan diri dari apartemen mereka. Mereka berhasil melarikan diri dari kekerasan dengan bantuan tetangga mereka yang Hindu.
"Kami telah tinggal di sini bersama umat Hindu sepanjang hidup kami. Tidak pernah ada rasa permusuhan di antara kami. Para perusuh datang dari luar dan menyerang kami. Tetangga kami sangat membantu. Tidak ada ketegangan di antara kami," kata Khatoon kepada DW.
Keluarganya sementara pindah ke rumah seorang kerabat.
Pekan lalu, kerusuhan hebat meletus di timur laut New Delhi. Lebih dari 40 orang tewas dan 200 lainnya luka-luka.
Ada laporan massa yang menargetkan rumah-rumah dan bisnis muslim dengan bom molotov dan batu-batu saat penduduk bergegas melarikan diri. Kekhawatiran telah menyelimuti kota dan umat Islam masih khawatir akan keselamatan mereka.
Baca juga: Kemeriahan Festival Holi di Tengah Wabah Virus Korona
Namun, di tengah kekacauan, tetangga yang agama Hindu dan Muslim berusaha menjaga perdamaian.
Di Chaman Park, New Delhi timur laut, sekelompok muslim berpatroli di lingkungan itu selama kerusuhan untuk melindungi kuil Hindu dan rumah-rumah di sekitarnya.
"Kami terjaga di malam hari, bersama dengan tetangga Hindu kami dari daerah ini. Kami melindungi rumah dan tempat ibadah kami dari serangan. Kami semua bersaudara. Kami bersama-sama," cerita Meher Alam kepada wartawan DW.
Keluarga muslim lain yang mengalami penyerangan adalah Mohammad Aslam di Chand Bagh.
Setelah bom Molotov dilemparkan ke rumahnya dari jalan utama, ia dapat melarikan diri bersama keluarganya ke rumah seorang kerabat di lingkungan terdekat.
Dia mengatakan orang-orang di lingkungan itu menghentikan para perusuh memasuki area tempat kerabatnya tinggal.
"Mereka memblokade pintu masuk dan itulah cara kami tetap tidak tersentuh. Banyak nyawa dan rumah diselamatkan karena tindakan cepat mereka. Kalau tidak, keluarga saya dan saya tidak akan hidup hari ini," katanya.
Di lingkungan yang sama, sekelompok Muslim setempat membentuk rantai manusia untuk melindungi kuil Hindu dari dirusak oleh massa.
Di bagian lain di timur laut New Dehli, tempat-tempat ibadah Sikh bernama Gurudwara membuka pintu bagi orang-orang yang berusaha melarikan diri dari kekerasan.
Dan para pemimpin, seperti uskup agung Delhi, mendesak gereja-gereja di seluruh kota untuk memberikan bantuan dan perlindungan bagi mereka yang membutuhkan.
Ketegangan antara umat Hindu dan Muslim telah meningkat sejak pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA) pada Desember 2019.
Undang-undang ini memberikan kewarganegaraan India kepada minoritas agama dari Afghanistan, Pakistan, dan Bangladesh. Undang-undang itu mengecualikan Muslim dan muncul di tengah meningkatnya politik nasionalis Hindu di bawah Partai Bharatiya Janata (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.
Tindakan politisi itu turut memanaskan situasi. Kapil Mishra, seorang anggota BJP, mengancam dalam cuitan untuk memberangus aksi protes damai yang menentang CAA.
Segera setelah cuitannya, gerombolan orang berkumpul dan melancarkan serangan terutama pada properti milik muslim. Beberapa masjid dan kuil rusak.
Sampai sekarang, tidak ada tindakan yang diambil terhadap Mishra. Kicauan yang menyerukan agar aksi protes dibubarkan sudah dihapus.
Politisi muslim yang juga telah mengipasi api sektarian. Tahir Hussain, yang baru-baru ini diskors dari Partai Aam Aadmi, dituduh menyerukan kekerasan selama kerusuhan.
Ketika kekerasan mereda, warga New Delhi mengatakan mereka kecewa dengan cara pemerintah dan polisi menangani kerusuhan.
Polisi New Delhi telah dikritik karena tindakan mereka tidak memadai dan karena gagal mengambil tindakan terhadap mereka yang memicu kekerasan.
Banyak yang terkena dampak kekerasan mengatakan bahwa panggilan ke saluran bantuan polisi tidak dijawab dan pihak berwenang terlambat datang.
Beberapa laporan saksi mata mengatakan pasukan keamanan yang menanggapi insiden hanya berdiri dan membiarkan para perusuh melakukan tindakan kekerasan.
Pada 3 Maret, polisi New Delhi mengatakan mereka telah mengajukan 254 laporan dan menangkap atau menahan 903 orang. Pasukan paramiliter juga dikerahkan di daerah yang terkena dampak untuk menjaga hukum dan ketertiban.
"Ketika insiden seperti itu terjadi, menjadi tugas yang berkuasa untuk melindungi masyarakat. Kita semua ingin hidup dalam damai. Tetapi jika pihak berwenang tidak bertindak, pasti ada ketidakharmonisan di antara rakyat. Jika kita pemerintah kita sendiri tidak melindungi kita, siapa lagi?" kata Mohammad Umar, seorang warga lingkungan Khajuri Khas. (DW/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved