Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Tiongkok Kekurangan Tempat Tidur

Nur Aivanni
06/2/2020 22:15
Tiongkok Kekurangan Tempat Tidur
Tiongkok Kekurangan Tempat Tidur untuk Pasien(AFP)

PEMERINTAH Tiongkok berusaha untuk menemukan ruang tempat tidur bagi ribuan pasien yang baru terinfeksi pada Kamis (6/2), karena korban dari virus baru yang mematikan tersebut melonjak lagi.

Kota Wuhan, pusat wabah virus korona, akan membuka rumah sakit kedua yang dilengkapi dengan 1.600 tempat tidur. Sebelumnya, rumah sakit pertama, dengan kapasitas 1.000 tempat tidur, telah dibuka awal pekan ini.

Kota berpenduduk 11 juta itu menghadapi kekurangan tempat tidur yang “parah”, kata Hu Lishan, seorang pejabat senior di Wuhan. Ia mencatat ada 8.182 pasien yang dirawat di 28 rumah sakit yang memiliki total 8.254 tempat tidur. Selain itu, pihaknya juga kekurangan peralatan dan bahan.

Pemerintah pusat telah menyampaikan langkah-langkah untuk memastikan pasokan sumber daya medis yang vital, yakni dengan keringanan pajak bagi produsen peralatan yang diperlukan untuk menangani wabah tersebut.

“Kita harus melakukan upaya habis-habisan di seluruh negeri untuk memenuhi kebutuhan pasokan medis yang penting dan profesional medis di Provinsi Hubei,” kata Perdana Menteri Li Keqiang, menurut kantor berita resmi Xinhua.

Krisis virus Korona Tiongkok semakin dalam pada hari Kamis (6/2) dengan jumlah kematian melonjak menjadi 563, ketika ribuan orang terjebak pada kapal pesiar yang dikarantina sehingga menambah kepanikan global pada epidemi virus Korona tersebut.

Lebih dari 28.000 orang kini telah terinfeksi di seluruh Tiongkok dan sekitar 24 negara telah mengkonfirmasi kasus penyakit mematikan yang muncul dari pasar di pusat kota Wuhan Tiongkok akhir tahun lalu.


Bayi terinfeksi Korona

Seorang bayi Tiongkok yang baru lahir didiagnosis terinfeksi virus korona hanya dalam kurun waktu 30 jam setelah kelahirannya. Media pemerintah pun menyebut bahwa kasus tersebut tercatat sebagai kasus termuda sejauh ini.

Dikutip dari BBC, bayi tersebut lahir pada 2 Februari di sebuah rumah sakit setempat di Wuhan, pusat dari wabah virus korona. Sang ibu dinyatakan positif virus korona sebelum melahirkan.

Para ahli medis mengatakan bahwa itu bisa menjadi kasus di mana infeksi tertular di dalam kandungan.
“Ini mengingatkan kita untuk memperhatikan ibu ke anak yang mungkin menjadi jalur penularan virus korona,” kata Kepala Dokter dari Departemen Kedokteran Neonatal Rumah Sakit Anak Wuhan, Zeng Lingkong.

Tetapi, ada kemungkinan juga bahwa bayi tersebut terinfeksi setelah lahir karena berhubungan dekat dengan sang ibu.

Sementara Taipei Economic and Trade Office (TETO) menyatakan, pendekatan WHO dalam memperlakukan Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok mempengaruhi hak dan kesejahteraan rakyat Taiwan.

Tidak hanya pemerintah Taiwan yang tidak dapat berpartisipasi dalam WHO, para ahli Taiwan juga secara sewenang-wenang ditolak untuk berpartisipasi dalam pertemuan teknis tersebut.  

“Pengecualian WHO terhadap Taiwan tidak adil bagi kesehatan dan keselamatan rakyat Taiwan, dan bagi orang-orang internasional yang tinggal di Taiwan, dan juga merupakan celah dalam pertempuran global melawan epidemi virus Korona.” (AFP/BBC//I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya