Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Cara Tiongkok Taklukkan Terorisme di Xinjiang

Usman Kansong Laporan dari Xinjiang
18/11/2019 08:40
Cara Tiongkok Taklukkan Terorisme di Xinjiang
Dirut Adaro Garibaldi Thohir (kanan) melihat berbagai jenis bahan peledak rakitan dalam pameran peristiwa terorisme.(MI/Usman Kangsong)

XINJIANG, Provinsi Otonomi di Tiongkok, memang khas, unik, punya kelebihan sekaligus keterbatasan. Menurut Wakil Gubernur Xinjiang, Arken Tuniyazi, ada 10 kekhasan Xinjiang.

Pertama, Xinjiang termasuk provinsi terluas di Tiongkok, yakni 1,66 juta km2. Kedua, punya garis batas sepanjang 5.700 kilometer dan berbatasan dengan banyak negara, antara lain Rusia, Tajikistan, Kirgistan, Afghanistan, Pakistan, Mongolia. Ketiga, sangat indah alamnya dan memiliki 369 lokasi wisata. Keempat, sumber daya pertanian, peternakan, pertambangan, dan panas bumi berlimpah. Kelima, punya sejarah panjang, antara lain Tiongkok sejak Dinasti Han telah membangun komando militer wilayah barat.

Keenam, penduduknya yang berjumlah 25 juta berasal dari 56 etnik dengan 13 etnik utama, antara lain Uygur, Han, Mongolia, Tajik, Tatar, Rusia. Ketujuh, multiagama, dengan 11 juta di antaranya muslim. Kedelapan, memiliki kebudayaan istimewa, seperti tarian, puisi, kuliner, bangunan, yang banyak di antaranya oleh PBB dinobatkan sebagai warisan dunia. Kesembilan, sangat tinggi tingkat kemiskinan.

Beberapa atau kesembilan kekhasan Xinjiang itu sedikit banyaknya berkontribusi pada keunikan kesepuluh, yakni maraknya radikalisme dan terorisme di sana. "Tugas kami untuk antiteroris dan deradikalisasi sangat berat demi menjaga stabilitas dan keamanaan," kata Wagub Arken.

 

Ekshibisi terorisme

Sejak 1992 hingga akhir 2015, setidaknya terjadi 41 kali aksi radikal dan teror atas nama agama. Pemerintah Provinsi Xinjiang sejak tahun lalu mengadakan ekshibisi peristiwa terorisme yang pernah terjadi di provinsi tersebut.

Ekshibisi berlangsung di Xinjiang International Convention and Exhibition Center di Kota Urumqi, ibu kota Xinjiang.

"Mulai 1990-an sampai 2016, kekuatan separatisme dan teror terus mengancam keamanan. Banyak kerugian. Rakyat minta pemerintah untuk melakukan tindakan. Xinjiang ambil tindakan untuk menciptakan lingkungan yang aman," kata Wagub Arken.

Pameran menampilkan foto dan video peristiwa dan korban terorisme; senjata serta bahan peledak yang digunakan teroris.

Dari situ kita tahu para teroris melakukan serangan dengan senjata tajam, senjata api, bahan peledak rakitan, racun, atau menabrakkan mobil ke kerumunan.

Sejumlah foto dan video menampilkan peristiwa dan korban terorisme secara vulgar seperti apa adanya. Karena itu, anak-anak tidak diizinkan menyaksikan pameran ini.

Tujuan pameran ini ialah mengedukasi masyarakat Xinjiang. "Kita ingin mengedukasi bahwa terorisme sangat kejam, merugikan rakyat, dan mengoyak harmoni masyarakat," kata pemandu pameran.

 

Pendidikan agama dan vokasi

Xinjiang memiliki Xinjiang Islamic Institute di Urumqi. Abdurekep Tumniyaz menjadi rektor di sana. Abdurekep menjelaskan kampus Xinjiang Islamic Institute berdiri di atas tanah 10 hektare dengan luas bangunan 50.000 m2 yang terdiri atas ruang kelas, asrama, gedung olahraga, kantin, masjid, dan kantor.

Pembangunannya menelan dana 279 juta yuan. "Sebanyak 250 juta yuan dibantu pemerintah pusat dan 29 juta yuan dibantu pemerintah lokal," jelas Abdurekep.

Mahasiswa saat ini berjumlah 1.100 orang. Sebanyak 60% di antaranya mendapat beasiswa Rp8 juta sampai Rp16 juta rupiah per bulan. Di antara mahasiswa terdapat guru agama Islam, penceramah, atau imam yang berusia 40 tahun sampai 50 tahun.

Mereka menempuh pendidikan sarjana, vokasi D3 dan D2. Mereka dipersiapkan menjadi khatib atau penceramah. "Mereka mempelajari Islam, hukum dan konstitusi, serta sejarah dan kebudayaan dengan bahasa pengantar Mandarin, Uygur, dan Arab," ucap Abdulrekep.

Wagub Arken Tuniyazi mengatakan pendidikan seperti di Xinjiang Islamic Institute bertujuan deradikalisasi. "Pelatihan dan pendidikan yang kami lakukan ialah untuk deradikalisasi dan membantu mereka mengenal undang-undang dan memperoleh keterampilan kejuruan. Ini sesuai dengan aspirasi masyarakat," katanya.

 

Kesejahteraan Rakyat

Hong Miaozi Community atau Komunitas Hong Miaozi menjadi tempat bermukim ribuan warga yang berasal dari 17 etnik di Kota Urumqi. Anak-anak belajar di sekolah komunitas di sana. Ibu-ibu membuat roti dan merangkai bunga. "Ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan dilatih membuat roti dan merangkai bunga supaya mereka punya penghasilan," kata pemandu di komunitas tersebut.

Menurut Wagub Arken, pemerintah Tiongkok berupaya keras mengatasi kemiskinan di Xinjiang. "Berangsur-angsur kami perbaiki kehidupan masyarakat," katanya.

Hasilnya, pada 2018, produk domestik bruto Xinjiang naik 6,1%. Penghasilan penduduk desa naik 9,8%. Pendapatan penduduk kota naik 6,5%. PDB sampai semester I 2019 mencapai 900 miliar yuan.

Industri wisata juga berkembang. Pada 2016, jumlah wisatawan meningkat 20%, 2017 naik 30%, 2018 naik 40%, dan hingga Oktober 2019 tumbuh 62%. "Konsumsi wisata secara umum tumbuh 43%."

 

Tiga Tahun Tanpa Teror

Pemerintah Tiongkok selain melakukan tindakan preventif dan deradikalisasi, juga melakukan tindakan represif atau pendekatan keamanan. Dengan perkataan singkat, Tiongkok menjalankan pendekatan komprehensif

"Kami perangi teror, tetapi juga lindungi HAM, disinergikan dengan pendidikan dan perbaiki kehidupan rakyat. Kami bikin vokasi supaya warga punya keterampilan sehingga bisa memperbaiki kesejahteraan. Pelatihan dan pendidikan kami untuk deradikalisasi, untuk pahami undang-undang. Kami harmoniskan kehidupan beragama," tutur Arken.

Hasilnya, sejak 2016 hingga kini tak ada aksi radikal dan teror di Xinjiang. Masyarakat hidup sejahtera dan bahagia. "Ada pepatah Tiongkok yang menyebutkan kaki tahu ukuran sepatu. Maksudnya, hanya orang Uygur yang tahu apakah kehidupan mereka bahagia. Selama tiga tahun hampir tidak ada teror," ungkap Arken.

Akan tetapi, media Barat memberitakan secara negatif upaya penanggulangan terorisme dan radikalisme di Xinjiang. "Dulu Barat kampanye antiteror, kami sekarang jalankan, kenapa kami diserang?" ucap Arken.

Arken sampai harus menjelaskan tindakan pemerintah Tiongkok meredam terorisme di PBB. "Saya sudah pidato dan kenalkan tindakan antiteror. Masyarakat internasional sangat setuju dengan tindakan kami," kata wagub muslim itu.

Rombongan Indonesia dipimpin Direktur Utama Adaro, Garibaldi Thohir, berkesempatan menyaksikan kondisi Xinjiang. Menurut Garibaldi yang disertai sejumlah pimpinan media, gambaran yang disampaikan media Barat berbeda dengan yang disaksikannya. "Seeing is believing. Indonesia sebaiknya belajar dari Xinjiang," katanya. (X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik