Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

KBRI Malaysia Jelaskan Kronologi Meninggalnya Pekerja Migran

Haufan Hasyim Salengke
01/11/2019 15:37
KBRI Malaysia Jelaskan Kronologi Meninggalnya Pekerja Migran
KBRI Malaysia di Kuala Lumpur(ANTARA/Rafiuddin Abdul Rahmam)

KEDUTAAN Besar RI (KBRI) Malaysia mengonfirmasi Tamam bin Arsyad, pekerja migran asal Bawean, Jawa Tengah, meninggal dunia saat tengah mengantre pengurusan paspor di kantor perwakilan Indonesia di Kuala Lumpur tersebut.

“Betul (Pak Tamam) meninggal saat mengantre di KBRI Malaysia,” ujar Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Malaysia, Agung C Sumirat, saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (1/11).

Agung, dalam keterangannya, juga menyertakan kronologi mengenai kabar duka tersebut.

Pukul 18.45 waktu setempat, beberapa WNI sudah bersiap antre pengambilan nomor antrean paspor.

“Saudara Tamam bin Arsyad, pemegang IC Merah yang berada di baris paling depan nampak duduk di lantai menunggu pintu dibuka,” kata pernyataan tersebut.

“Tiba-tiba yang bersangkutan lunglai dan langsung tergeletak di lantai. pemohon yang kebetulan berada di belakangnya pun langsung menolong beliau. Setelah ditidurkan di lantai, tidak lama beliau menghembuskan nafas terakhir,” tambahnya.

Baca juga: Komisi I DPR RI Minta KBRI Kuala Lumpur Perbaiki Layanan Paspor

KBRI langsung menghubungi Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM) dan Ambulance. Petugas medis yang datang melakukan pemeriksaan dan memastikan Tamam telah wafat.

Melalui telepon genggamnya, KBRI berhasil menghubungi keluarga dan menyampaikan kabar duka. Setelah itu jenazah dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

“Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Keluarga Besar KBRI Kuala Lumpur menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya almarhum diiringi doa semoga khusnul khotimah, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran,” tandas pernyataan tersebut.

Pelayanan

Merespons sorotan dan seruan pembenahan layanan yang disampaikan beberapa pihak, dalam keterangan terpisah yang disampaikan Agung, dijabarkan sejumlah hal.

Disebutkan bahwa dalam hal pelayanan dokumen sebagai langkah awal upaya pelindungan, rata-rata 900 dokumen pelayanan diterbitkan KBRI setiap hari.

Sejak awal 2017, beberapa inovasi telah dikembangkan KBRI untuk menciptakan layanan yang nyaman, pasti, banyak opsi, dan aman.

Pengembangan infrastruktur adalah langkah utama yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pemohon. Melalui renovasi ruang pelayanan imigrasi, jumlah loket yang tadinya 15 buah, ditambah menjadi 21 loket.

KBRI juga membangun ruang pelayanan baru untuk pelayanan konsuler, pendidikan, perdagangan, dan perhubungan. Di antaranya adalah melalui SMS Getaway, pemohon dapat mengetahui dengan pasti status permohonan dokumennya.

Dikembangkan juga layanan yang disebut Si-LACI (Sistem Layanan Ambil Cepat Imigrasi) ber-barcode. Ini mempercepat proses pengambilan paspor/SPLP mengikuti konsep drive through restaurant cepat saji. Sistem ini disebut berhasil memangkas waktu pengambilan paspor sampai dengan 50%.

Inovasi lain adalah Kipas (Kirim Paspor pakai Pos). Pemohon tidak perlu datang kembali ke KBRI untuk pengambilan paspor karena dapat memilih lokasi kantor pos terdekat dengan wilayah tinggalnya tenpat paspor akan diambil.

Sementara layanan Ancil (Antrian Cara Online) bagi pemohon yang tidak ingin antre lama, melalui pendaftaran daring, dapat menentukan sendiri waktu pelayanan yang diinginkan sesuai ketersediaan slot yang ada dalam sistem.

Dari sisi aman, pembenahan yang dilakukan adalah KBRI buka 24 jam. Sebelumnya banyak pemohon yang datang dari jauh, terpaksa harus bermalam di trotoar depan KBRI untuk menunggu bukanya pintu KBRI di pagi hari.

Dengan buka 24 jam, pemohon yang datang di malam hingga dini hari dapat langsung masuk dan beristirahat di dalam KBRI sambil menunggu bukanya loket pelayanan di pagi hari. Fasilitas WC, musala, dan warung memungkinkan mereka memenuhi hajat dan kewajibannya.

Seluruh personel laki-laki di KBRI, dari Dubes hingga staf, mendapat kewajiban piket setiap malamnya.

Terakhir, layanan Si-Ponco (Sistem Pengambilan Nomor Antrian Anticalo). Sistem pengambilan nomor antrian dengan berbasis rekam wajah ini disebut berhasil menghilangkan praktek percaloan nomor antrian yang sebelumnya marak terjadi. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya