Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Pilpres Afghanistan di Tengah Teror Bom dan Kecurangan

MI
29/9/2019 23:35
Pilpres Afghanistan di Tengah Teror Bom dan Kecurangan
Grafis(AFP)

PARTISIPASI pemilih dalam pemilihan presiden Afghanistan lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Jumlah pemilih terpukul akibat ancaman serangan gerilyawan Taliban.

Sekitar 9,6 juta warga Afghanistan di negara yang di landa perang dengan perkiraan populasi 35 juta telah mendaftar untuk memilih dalam pemilihan yang diadakan di sekitar 4.900 TPS.

Penghitungan awal yang dirilis Minggu pagi oleh Komisi Pemilihan Independen Afghanistan menunjukkan hanya di bawah 1,1 juta orang yang memberikan suara. Pihak berwenang menyatakan pemilihan Sabtu sukses karena Taliban tidak dapat melakukan serangan besarbesaran yang mengakibatkan jumlah korban yang tinggi.

Namun, para pemberontak mendorong ofensif mereka pada proses demokrasi, me lakukan serangkaian pengeboman di tempat pemungutan suara, dan melibatkan pasukan keamanan Afghanistan dalam bentrokan di seluruh negeri.

Menurut Afghanistan Analysts Network, yang mengumpulkan insiden melalui berbagai sumber, lebih dari 400 serangan Taliban telah dilaporkan selama hari pemilihan. Taliban mengklaim telah melakukan 531 serangan, sedangkan kementerian dalam negeri mengatakan musuh telah melakukan 68 serangan.

Korban tewas resmi sebanyak lima pasukan keamanan. vNamun, dalam beberapa tahun terakhir pihak berwenang telah menekan informasi pada hari pemilihan hanya untuk kemudian memberikan jumlah yang lebih besar. Jumlah partisipasi pemilih rendah karena ancaman keamanan dan kampanye para kandidat yang lemah menurut Analis Politik dan Akademik Kabul Atta Noori.

“Itu bukan karena mereka tidak tertarik untuk memilih,” katanya. “Pemilu ini penting bagi kami karena kami menginginkan seorang pemimpin yang akan menegosiasikan perdamaian dengan Taliban dan mengakhiri perang selama bertahun-tahun di negara ini,” kata seorang sopir taksi di ibu kota, Kabul, Ismatullah Safi , kepada Al Jazeera. (AFP/Hym/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya