Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
BERDIRI dalam antrean panjang atau duduk di atas koper-koper mereka, para penumpang Thomas Cook dalam keadaan cemas di Bandara Palma, Spanyol. Mereka menghadapi penantian yang tidak pasti, Senin (23/9) waktu setempat, untuk penerbangan ke Inggris, setelah bangkrutnya raksasa maskapai dan perjalanan tertua di dunia itu.
Pada saat yang sama, banyak wisatawan yang tiba di pulau wisata Spanyol, Majorca, untuk memulai liburan dan mereka mendapati pemesanan hotel yang mereka lakukan melalui perusahaan itu tidak berlaku lagi alias hangus.
Marianne Strenger, seorang pensiunan berusia 70-an, datang ke Spanyol dari Berlin, Jerman, dengan putrinya untuk liburan ke pantai selama satu minggu. Ia kaget begitu staf resepsionis mengatakan mereka belum menerima uang dari Thomas Cook untuk pemesanannya dan dia harus membayar akomodasi lagi.
"Mereka memperlakukan saya seolah-olah saya merupakan orang yang bangkrut," ujarnya di luar hotel bintang tiga itu.
Tamu-tamu lain di hotel menceritakan pengalaman serupa ketika mereka mencoba untuk check in. "Kami harus membayar dua kali," kata Nils Lichte, seorang manajer supermarket berusia 30 tahun dari Cologne.
Di antara mereka yang berada di Majorca yang berjuang untuk meninggalkan pulau itu ialah Clare Osborne. Ia khawatir tidak akan bisa menghadiri pemakaman seorang anggota keluarga di Glasgow pada Selasa.
Asisten akuntansi berusia 49 tahun itu diberitahu bahwa ia akan diterbangkan pukul 21.00 ke Manchester dan kemudian menjalani perjalanan 3,5-4 jam dengan bus ke Glasgow.
"Sangat mepet dan kita tidak benar-benar tahu apakah akan jadi berangkat pukul 21.00, aku menjadi sangat cemas," tukasnya.
Sementara itu, para relawan membagikan air kepada para penumpang ketika mereka mengantre di jalur yang lambat untuk check in ke penerbangan alternatif ke Manchester dari Bandara Palma, yang tersibuk ketiga di Spanyol.
Thomas Cook menyatakan bangkrut setelah gagal mencapai kesepakatan penyelamatan terakhir pada Senin (23/9). Ini memicu repatriasi terbesar Inggris sejak Perang Dunia II untuk membawa kembali penumpang.
Operator travel tertua di dunia berusia 178 tahun itu telah mati-matian mencari US$250 juta dari investor swasta untuk menyelamatkannya dari kehancuran. (Haufan Hasyim Salengke/AFP/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved