PEMIMPIN Hong Kong Carrie Lam mengatakan ia tidak pernah mengajukan pengunduran diri. Pernyataan itu dikeluarkannya setelah rekaman audio pertemuannya dengan sekelompok pengusaha beredar luas.
Rekaman pertemuan pribadi muncul ketika dia terdengar mengatakan, "Jika saya punya pilihan, hal pertama ialah berhenti."
Namun, pada Selasa (3/9), dia membantahnya dengan mengatakan bahwa dia tidak pernah mengajukan pengunduran diri, tetapi tidak menyangkal keaslian rekaman tersebut.
Dalam rekaman audio yang dida-patkan Reuters itu, Lam mengatakan, ia akan mundur jika mempunyai pilihan. "Saya tidak pernah mengajukan pengunduran diri kepada pemerintah pusat. Saya bahkan belum memikirkan untuk mengajukan pengunduran diri. Pilihan untuk tidak mengundurkan diri ialah pilihan saya sendiri," ujarnya dalam konferensi pers.
Meski tidak menyangkal soal kebenaran audio tersebut, Lam menyebut kebocoran itu sangat tidak pantas dan mengatakan sedang berusaha menawarkan perspektif seorang individu yang mana pengunduran diri mungkin merupakan pilihan yang mudah.
"Akan tetapi, saya mengatakan kepada diri saya berulang kali dalam beberapa bulan terakhir bahwa saya dan tim saya harus tetap membantu Hong Kong. Itu keputusan saya. Saya tahu ini tidak akan menjadi jalan yang mudah," kata Lam.
Dukungan Tiongkok
Pemerintah Tiongkok menyatakan dukungannya untuk Lam setelah kantor berita Reuters merilis rekaman audio dengan para pemimpin bisnis yang memberi tahu bahwa ia ingin mundur dan bertanggung jawab atas kerusuhan itu.
Pemerintah pusat Tiongkok tidak akan pernah duduk diam jika situasi di luar kendali dan membahayakan kedaulatan nasional. "Kami dengan tegas mendukung kepala eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, dalam memimpin pemerintahan SAR (Daerah Administratif Khusus)," ujar Juru Bicara Kantor Urusan Pemerintah Pusat Hong Kong dan Makau, Yang Guang, pada konferensi pers, kemarin.
Hong Kong telah mengalami puluhan kali protes prodemokrasi yang terkadang dipicu oposisi terhadap upaya Lam untuk mendorong melalui undang-undang yang memungkinkan ekstradisi ke daratan Tiongkok.
Demonstrasi telah berkembang menjadi kampanye demokrasi yang lebih luas, yang melibatkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi, dalam tantangan terbesar bagi pemerintahan Tiongkok atas Hong Kong sejak penyerahan kota pada 1997 dari Inggris.
Beijing membiarkan pemerintah dan polisi Hong Kong menangani demonstrasi, tetapi pihaknya telah mengerahkan unsur-unsur Polisi Bersenjata Rakyat dan kendaraan lapis baja ke kota tetangga Tiongkok, Shenzhen.
"Untuk mengakhiri kekerasan dan kekacauan dan memulihkan ketertiban merupakan tugas yang paling mendesak di Hong Kong," kata Xu Luying, juru bicara kantor urusan Hong Kong, pada konferensi pers. (AFP/I-1)