Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
AKHIR pekan di Hong Kong kembali diwarnai bentrokan. Pada Sabtu (31/8), puluhan ribu orang mengabaikan larangan pihak berwenang untuk melakukan pawai di jalanan pusat keuangan dunia itu.
Kekerasan pun tak terhindarkan. Polisi mengejar pengunjuk rasa ke stasiun metro, memukuli mereka dengan tongkat, dan melakukan penangkapan.
Sebuah rekaman video dari media setempat menunjukkan sejumlah polisi elite menyerbu kerumunan orang yang meringkuk di dalam gerbong kereta. Seorang pria yang basah kuyup oleh semprotan merica menangis saat mencoba melindungi teman wanitanya.
Sebelumnya di hari yang sama, sekelompok kecil pemrotes garis keras mengepung badan legislatif kota. Mereka melemparkan batu dan bom bensin ke polisi anti-huru hara. Polisi merespons dengan gas air mata dan meriam air.
Keesokan harinya pada Minggu (1/9), para demonstran kembali keluar dan memadati jalan-jalan di Hong Kong. Ratusan orang berkumpul di luar terminal bus di bandara. Pihak berwenang kemudian menutup layanan kereta ekspres kota menuju bandara.
Di jalan raya utama dekat markas besar kepolisian, asap hitam tebal mengepul dari api besar yang dinyalakan demonstran bertopeng.
Polisi juga melakukan penangkapan massal di dalam stasiun kereta. "Polisi adalah gerombolan berlisensi, mereka memiliki izin untuk menyerang dan menyerang," ujar Kwok Ka-ki, seorang anggota parlemen pro-demokrasi.
Protes damai tidak berhasil," kata demonstran berusia 22 tahun kepada AFP.
Ketika pengunjuk rasa menuju ke stasiun metro terdekat, mereka menuliskan grafiti pada pilar-pilar di dalam stasiun yang berbunyi, "Kita tidak akan pernah menyerah."
Polisi mengatakan bahwa pihaknya menembakkan dua tembakan peringatan ke udara setelah diserang oleh sekelompok pengunjuk rasa garis keras yang berusaha mengambil pistol mereka.
"Dengan meningkatnya kekerasan dan senjata pemrotes semakin mematikan, keselamatan petugas polisi dan anggota masyarakat lainnya terancam," kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Otoritas rumah sakit mengatakan pada Minggu bahwa 31 orang dirawat dengan luka-luka setelah bentrokan, termasuk lima yang masih dalam kondisi serius.
Pada bagian lain, Beijing telah mengeluarkan ancaman, propaganda, dan kekuatan ekonomi mereka untuk memberangus gerakan yang dipandang sebagai tantangan langsung terhadap pemerintah.
Protes berbulan-bulan itu dipicu oleh upaya pemerintah Hong Kong yang didukung Beijing untuk mengesahkan RUU ekstradisi yang sekarang ditunda. Protes itu telah berkembang menjadi dorongan pro-demokrasi yang lebih luas.
Lebih dari 900 orang telah ditangkap sejak Juni berkaitan dengan protes di Hong Kong. Kekerasan-kekerasan yang terjadi juga telah merusak reputasi Hong Kong dalam stabilitas dan kemakmurannya. (AFP/*/A-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved