Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
KEMENTERIAN Pertahanan Jepang mengusulkan anggaran sebesar US$50,3 miliar untuk pembelian jet tempur dan pertahanan rudal, mengingat 'Negeri Sakura' berhadapan dengan ancaman dari Korea Utara dan Tiongkok.
Permintaan anggaran kerja periode 2019, meningkat 1,2% dari tahun lalu. Itu mendandai kenaikan delapan kali berturut-berturut. Dana raksasa dibutuhkan untuk membeli sejumlah armada pertahanan, termasuk enam pesawat tempur F35-B yang mampu lepas landas secara vertikal, serta dua kapal perusak yang berfungsi sebagai kapal induk untuk armada F35-B.
Usulan anggaran juga mencakup rencana pembelian sistem pertahanan rudal buatan Amerika Serikat (AS), yakni Aegis Ashore, serta pengembangan jet tempur Jepang generasi berikutnya.
Peningkatan anggaran pertahanan Jepang secara bertahap mencerminkan kebijakan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, yang tegas. Abe terus meningkatkan kekuatan militer negara dalam menghadapi ancaman rudal dan nuklir dari Korea Utara. Berikut, aktivitas militer Tiongkok dan Rusia yang mengancam kawasan.
Abe diketahui mendekati Presiden AS, Donald Trump, dengan aktif membeli berbagai produk militer 'Negeri Paman Sam'. Dia berulang kali menyoroti aliansi Washington sebagai landasan diplomasi Jepang.
Permintaan anggaran terbaru muncul di tengah memanasnya hubungan Jepang dengan Korea Selatan, yang juga sekutu AS. Hubungan kedua negara jatuh pada titik terendah disebabkan persoalan dampak Perang Dunia II dan pendudukan brutal Jepang atas Semenanjung Korea.
Namun, para pejabat pemerintahan Jepang menyebut pembatalan perjanjian bilateral yang digulirkan Korea Selatan terkait dengan pembagian data intelijen, tidak memengaruhi usulan anggaran. Permintaan anggaran yang baru turut menggarisbawahi perluasan kemampuan pertahanan Jepang di domain baru, seperti luar angkasa, siber, dan spektrum elektromagnetik.
Kementerian juga merencanakan program senilai US$38 juta untuk mempelajari penggunaan gelombang elektromagnetik yang bisa mengganggu komunikasi pasukan musuh. (AFP/Tes/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved