Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
POLISI di Hong Kong menangkap tiga aktivis prodemokrasi kurang dari 24 jam, sebuah langkah terbaru untuk meredam protes antipemerintah. Namun, dua aktivis kemudian dibebaskan dengan jaminan.
Penahanan aktivis membawa kecaman cepat dari para kritikus, tetapi menunjukkan tekad dalam pemerintah Beijing ketika sebuah laporan menunjukkan sejauh mana pemerintah pusat Tiongkok memegang kendali penuh atas administrasi wilayah semiotonom Hong Kong.
Joshua Wong, 22, salah satu pemimpin Umbrella Revolution prodemokrasi 2014 sedang berjalan ke stasiun kereta bawah tanah, Jumat. Lalu, ketika itu dia dipaksa masuk ke sebuah minivan pribadi di jalan pada siang hari bolong.
Wong ialah sekretaris jenderal kelompok itu, yang mengadvokasi warga Hong Kong untuk mendapatkan hak untuk memilih langsung para pemimpin mereka daripada meminta mereka ditunjuk Beijing atau hak pilih universal.
Agnes Chow, 22, dan anggota pendiri Demosisto, ditangkap tak lama setelah Wong. Keduanya dikirim ke markas polisi Hong Kong, serta dituduh menghasut dan berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa ilegal.
Demosisto mengatakan, Chow dan Wong dibebaskan pada Jumat malam dengan jaminan dan kasus-kasus mereka ditunda hingga November mendatang.
Berbicara setelah pembebasannya, Wong mengatakan kepada wartawan yang berkumpul bahwa ia bersumpah untuk tidak menyerah, "kami akan melanjutkan perjuangan kami, tidak peduli bagaimana mereka menangkap dan menuntut kami."
Andy Chan, 28, anggota pendiri partai politik pertama Hong Kong yang mengadvokasi kemerdekaan dari Tiongkok, ditangkap di bandara Hong Kong, Kamis malam, karena dicurigai melakukan kerusuhan dan menyerang seorang polisi. Pada September 2018, pemerintah melarang Partai Nasional Hong Kong yang prokemerdekaan untuk kepentingan keamanan nasional dan untuk melindungi integritas wilayah Republik Rakyat Tiongkok.
Tiga penahanan berturut-turut terjadi sehari sebelum unjuk rasa besar pada Sabtu, menandai ulang tahun kelima penolakan bersejarah Beijing atas hak pilih universal untuk Hong Kong. Penolakan itu memicu 79 hari Revolusi Payung prodemokrasi Hong Kong lima tahun lalu.
Dilarang unjuk rasa
Gerakan protes yang diyakini tetap berjalan dikhawatirkan memicu bentrokan antara polisi dan demonstran. Dalam surat yang dialamatkan kepada organisator unjuk rasa, Front Hak Asasi Manusia Sipil (CHRF), kepolisian menyatakan keresahan bahwa sebagian peserta akan melakukan aksi kekerasan dan destruktif.
Sementara itu, Ketua Civic Passion dan anggota parlemen Cheng Chung-tai telah ditangkap polisi Hong Kong, di tengah serangkaian penangkapan tokoh-tokoh prodemokrasi.
Menurut sebuah unggahan Facebook oleh mantan kepala kelompok lokal, Wong Yeung-Yat, Cheng sedang dalam perjalanan ke sebuah acara di Tin Shui Wai ketika ia ditangkap. Tidak jelas atas dasar apa Cheng ditangkap.
Gerakan protes dipicu penolakan terhadap langkah pemerintah pro-Beijing, yang berupaya meloloskan RUU ekstradisi ke daratan Tiongkok. Akan tetapi, protes berubah menjadi seruan yang lebih luas untuk demokrasi, serta investigasi terhadap tindakan brutal petugas.
Lebih dari tiga bulan kerusuhan di Hong Kong dipicu kemarahan atas RUU ekstradisi, yang sekarang ditangguhkan. (CBSNews/AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved