Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
POLISI Hong Kong, Senin (26/8), mengaku terpaksa menembakkan meriam air dan tembakan peringatan untuk membubarkan demonstran yang beringas. Hal itu dikatakan setelah terjadi bentrokan di demonstrasi prodemokrasi pada akhir pekan lalu.
Kekerasan di Distrik Tsuen Wan pada Minggu (25/8), sekitar 10 kilometer dari pusat kota, merupakan salah satu bentrokan terparah dalam 12 pekan krisis politik yang melanda Hong Kong.
Saat malam tiba, sekelompok polisi dikepung oleh demonstran yang bersenjatakan batu bata dan benda keras lainnya.
Asisten Kepala Polisi Mak Chin-ho, Senin (26/8), mengatakan seorang polisi terjatuh setelah dipukuli oleh para demonstran yang disebutnya ingin membunuh polisi itu.
"Karenanya, seorang polisi menembakkan sebuah tembakan peringatan," ujarnya sembari menambahkan enam personel polisi lainnya mengeluarkan pistol mereka sebagai tindakan pencegahan.
Baca juga: Polisi Hong Kong Mulai Gunakan Senjata Api
Tembakan peringatan itu disebut sebagai yang aksi pertama polisi menggunakan pelutu tajam selama krisis politik di Hong Kong.
Sebanyak 21 personel polisi mengalami cedera dalam bentrokan itu sementrara puluhan demonstran ditahan, termasuk seorang anak berusia 12 tahun. Mereka disebut menggelar pertemuan tanpa izin, kepemilikan senjata, dan menyernag polisi.
Polisi meminta warga Hong Kong untuk tidak melakukan aksi kekerasan saat berdemonstrasi dan menegaskan akan bertindak tegas memastikan para pelaku kekerasan dihukum/
Bentrokan itu terjadi di dekat aksi damai yang digelar pada Minggu (25/8) pagi. Polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstran berpakaian hitam yang membangun barikade dan melemparkan bom molotov ke arah polisi.
Polisi kemudian mengonfimasi menurunkan dua kendaraan meriam air untuk mencegah terjadinya aksi kekerasan.
Seiring rencana aksi demonstrasi digelar setiap hari dan demonstrasi besar-besaran akan digelar pada Sabtu (31/8), krisis politik di Hong Kong tampaknya masih jauh dari usai.
Aksi demonstrasi di Hong Kong itu dipicu oleh rencana pemerintah Hong Kong untuk mengesahkan RUU yang mengizinkan ekstradisi ke Tiongkok. Kini, demonstrasi itu telah berubah menjadi menuntut demokrasi yang lebih luas dan agar polisi bertanggung jawab atas sejumlah bentrokan yang terjadi. (AFP/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved