Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
SEJUMLAH mahasiswa Hong Kong yang antipemerintah berencana memboikot kegiatan perkuliahan selama dua pekan. Mereka berusaha untuk terus menekan pemerintah dalam demonstrasi.
Para wakil mahasiswa--mayoritas dari universitas ternama Hong Kong--mengatakan perkuliahan akan diboikot mulai 2 September hingga 13 September 2019.
Mereka mengancam tindakan lebih brutal jika pemerintah tidak menanggapi lima tuntutan dari pedemo, yang juga meliputi penolakan RUU ekstradisi, hak pilih universal dan penyelidikan independen kekerasan polisi terhadap demonstran.
"Dua pekan cukup bagi pemerintah untuk benar-benar memikirkan bagaimana merespons tuntutan kami," kata Davin Wong, presiden Persatuan Pelajar Universitas Hong Kong, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (23/8).
Wong mengatakan, mahasiwa akan diminta meluangkan waktunya demi memahami apa yang terjadi di Hong Kong saat ini dan bagaimana membenahi kota.
"Karena situasi semakin tidak kondusif, kami percaya pemboikotan ini akan menarik banyak mahasiswa untuk menuntut pemerintah," ujar dia.
Baca juga: Tiongkok Tahan Pegawai Konsulat Inggris di Hong Kong
Sementara itu, para pedemo juga telah merencanakan unjuk rasa lanjutan. Jadwal unjuk rasa akan terjadi pada 24 dan 25 Agustus, serta 31 Agustus mendatang.
Untuk 24 Agustus, protes akan dilangsungkan di East Kowloon, Kwun Tong Procession mulai pukul 13.00 waktu setempat.
Pada 25 Agustus, protes dimulai dari wilayah Tsue Wan dan Kwai Shing March pukul 14.30 waktu setempat.
Sementara untuk 31 Agustus, protes dilangsungkan di Civil Human Right Front Reassemble, yang berlokasi di Chater Garden-Central. (Medcom/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved