Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Komunitas Latin Salahkan Trump atas Rangkaian Penembakan di AS

Ihfa Firdausya
06/8/2019 13:30
Komunitas Latin Salahkan Trump atas Rangkaian Penembakan di AS
Warga El Paso, Texas berdoa di depan salib yang bertuliskan nama korban penembakan massal.(AFP/Mark RALSTON)

WARGA Latin di Texas, Amerika Serikat (AS), Senin (5/8), menyuarakan ketakutan mereka terhadap beberapa peristiwa penembakan massal yang akhir-akhir ini terjadi di 'Negeri Paman Sam'.

Mereka mengganggap kejadian itu merupakan kejahatan rasial paling mematikan yang pernah dilakukan terhadap komunitas mereka.

Dalam penembakan 22 orang di sebuah toko Walmart di El Paso, Texas, Sabtu (3/8) lalu, delapan warga negara Meksiko termasuk di antara mereka yang tewas.

Mereka menyalahkan Presiden AS Donald Trump atas pembantaian bersenjata tersebut.

Menurut komunitas Latin, penembakan massal ini dapat langsung dikaitkan dengan retorika kebencian terhadap minoritas yang telah berkembang sejak pemilihan presiden AS pada 2016.

"Retorika presiden telah mengipasi api perselisihan di negara ini," ujar Kepala Koalisi Hak Asasi Manusia yang berbasis di Los Angeles, Angelica Salas, kepada AFP.

"Dan ketika dia lebih suka kekacauan, dia kemungkinan besar senang melihat konflik antar komunitas meningkat," tambahnya.

Baca juga: Trump Kecam Rasisme dan Supremasi Kulit Putih

Dominique Diaz, seorang penduduk El Paso, mengatakan faktanya penembak itu—Patrick Crusius, 21—telah menargetkan wilayah yang sebagian besar dihuni warga Hispanik. Menurutnya, hal itu mencerminkan meningkatnya rasisme dan sentimen antiimigran di AS.

Direktur Eksekutif Jaringan Pengorganisasian Hari Nasional Buruh yang berbasis di Los Angeles, Pablo Alvarado, menyebut penembakan di El Paso merupakan deklarasi perang melawan Hispanik.

Seperti diketahui, wilayah El Paso terletak tepat di seberang perbatasan Meksiko dan memiliki mayoritas populasi orang-orang Latin.

"Kami telah beralih dari kambing hitam menjadi sasaran kekerasan rasis yang tidak masuk akal ini," katanya. "Tindakan kekerasan yang mengerikan ini adalah deklarasi perang melawan komunitas kami."

Komunitas Latin juga menengarai rangkaian penembakan ini tidak lepas dari menguatnya supremasi kulit putih sejak Trump menjabat presiden AS.

Luz Gallegos dari pusat hukum TODEC, sebuah organisasi hak-hak imigran di California Selatan, mengatakan penembakan itu telah menebarkan ketakutan di kalangan warga Hispanik yang tidak lagi merasa aman.

"Presiden telah mengubah hukum negara, memberdayakan kelompok supremasi kulit putih, dan memberi mereka lampu hijau untuk bertindak atas kebencian mereka," kata Gallegos.

Saat dicemooh atas pernyataan kontroversial yang berulang kali dibuat Trump terhadap para imigran, sang presiden, Senin (5/8), menyatakan serangan-serangan itu sebagai "horor" dan mendesak negara untuk bersatu.

“Bangsa kita harus mengutuk rasisme, kefanatikan, dan supremasi kulit putih," kata Trump.

Ia menambahkan bahwa penyakit mental adalah penyebab utama kekerasan, alih-alih ketersediaan senjata api atau pemikiran ekstremis.

Sebelumnya, tragedi di El Paso adalah satu dari tiga penembakan massal di Amerika Serikat dalam waktu kurang dari seminggu.

Beberapa jam setelah pembantaian di El Paso, peristiwa serupa kembali terjadi di Dayton, Ohio. Sembilan orang tewas dan belasan lainnya luka-luka.

Seminggu sebelumnya, seorang pria bersenjata berusia 19 tahun melepaskan tembakan ke sebuah festival bawang putih di Gilroy, California. Saat itu tiga orang tewas, termasuk dua anak, dan melukai belasan lainnya. Pihak berwenang belum menentukan motif serangan. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya