Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
AKTIVIS prodemokrasi Hong Kong bertekad meningkatkan tekanan terhadap pemimpin yang pro-Beijing dengan menggelar aksi mogok massal pada Senin (5/8) serta menunjukkan warga masih mendukung aksi mereka meski sempat terjadi kericuhan dalam sejumlah aksi demonstrasi.
Aksi mogok massal akan menjadi kesuksesan langka di kawasan ekonomi Tiongkok tempat serikat pekerja selama ini mandul.
Karenanya, kelompok prodemokrasi bertekad mencoba teknik pembangkangan sipil terbaru setelah aksi demonstrasi gagal menggoyahkan Beijing.
Kota semiotonom itu telah diwarnai aksi demonstrasi dan bentrokan selama dua bulan yang diawali perlawanan terhadap RUU ekstradisi yang berevolusi menjadi tuntutan reformasi demokrasi dan tuntutan untuk kebebasan yang lebih luas.
Namun otoritas Hong Kong dan Beijing menanggapi aksi itu dengan keras. Militer Tiongkok mengatakan mereka siap meredakan ketegangan di Hong Kong jika diminta saat puluhan demonstran ditangkap dan kemudian didakwa melakukan kerusuhan.
Baca juga: Pengunjuk Rasa di Hong Kong Bakal Gelar 2 Demonstrasi Besar
Pada akhir pekan lalu, polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata ke arah demonstran.
Demonstrasi itu menggunakan aplikasi pengiriman pesan sosial untuk melakukan koordinasi.
Dalam konferensi pers pada Sabtu (3/8), pemimpin aksi yang mayoritas menutupi identitas mereka menggunakan topeng mengatakan sebanyak 14 ribu orang dari lebih dari 20 sektor telah menyatakan komitmen mereka untuk melakukan pemogokan.
Sejumlah warga Hong Kong telah mengungkapkan rencana mereka untuk melakukan pemogokan atau izin sakit pada Senin (5/8) mulai dari ASN dan pekerja sosial, hingga awak kabin, supir bus, dan pekerja di Disneyland. (AFP/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved