Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
MILITER Tiongkok telah merilis sebuah video propaganda yang memperlihatkan latihan pasukan bersenjata untuk menumpas protes di Hong Kong. Video ini diduga sebagai peringatan terselubung terhadap gerakan prodemokrasi di kota itu.
Video yang disebar ke media sosial oleh pasukan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) pada Rabu (31/7) kemarin menyatakan 'kepercayaan diri' dan 'kemampuan' untuk menjaga keamanan di kota semiotonom itu.
Dengan durasi tiga menit, video itu menampilkan tank-tank PLA, tembakan helikopter, peluncur roket, dan perangkat keras militer lainnya, serta pasukan bersenjata lengkap yang melakukan latihan anti-terorisme.
Ia juga menampilkan latihan antihuru-hara. Para tentara bersenjata, kendaraan lapis baja, dan meriam air digunakan untuk membubarkan kerumunan peng-unjuk rasa.
"Semua konsekuensi ialah risiko Anda sendiri," teriak seorang tentara melalui pengeras suara. Ia meneriakkan kata-kata itu dalam bahasa Kanton, yakni bahasa yang digunakan di Hong Kong dan bukan bahasa Mandarin di daratan Tiongkok.
Pasukan PLA kemudian terlihat mengenakan helm, membawa perisai panjang, berbaris dengan tongkat, meletakkan barikade kawat berduri, dan menggunakan senapan serbu.
Seorang petugas juga terlihat memegang bendera merah yang bertuliskan, "Peringatan, hentikan serangan atau kami menggunakan kekuatan."
Latihan berakhir dengan adegan pasukan bersenjata mengawal pengunjuk rasa yang tangannya terikat di belakang. Mereka dibawa ke daerah-daerah yang bertuliskan 'titik-titik penahanan'.
Pengadilan
Rilis video itu bertepatan dengan pengadilan puluhan orang yang didakwa terlibat kerusuhan dalam protes antipemerintah selama akhir pekan kemarin di Hong Kong.
Kerusuhan di Hong Kong dimulai dua bulan lalu. Saat itu banyak orang turun ke jalan untuk menghentikan upaya pemerintah memperkenalkan rancangan undang-undang yang memungkinkan ekstradisi ke daratan Tiongkok.
Protes berkembang menjadi gerakan massa untuk reformasi demokratis dan mengakhiri erosi kebebasan. Ini merupakan tantangan paling signifikan terhadap pemerintahan Beijing sejak penyerahan Hong Kong dari Inggris pada 1997.
Berdasarkan kesepakatan saat penyerahan, warga Hong Kong menikmati hak dan kebebasan yang lebih besar dibanding warga Tiongkok daratan, termasuk mendapat pengadilan independen dan kebebasan berbicara.
Beijing telah memperingatkan pemerintah Hong Kong untuk segera menangani kerusuhan, terlebih setelah kantor perwakilannya ikut menjadi sasaran unjuk rasa.
Selasa (30/7) , juru bicara kantor kabinet tingkat Hong Kong dan Makau, Yang Guang, meningkatkan peringatan kepada para demonstran. "Tidak ada masyarakat yang beradab atau masyarakat hukum yang akan menoleransi kekerasan yang merajalela."
Sementara itu, keterangan di video yang beredar kemarin memperkuat misi intinya. "Kami percaya diri dan mampu mempertahankan kedaulatan nasional, keselamatan, kepentingan pembangunan, dan menjaga kemakmuran dan stabilitas Hong Kong," ungkap pesan dalam video itu. (AFP/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved