Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
INDIA akan berpacu dalam arena antariksa internasional pada Senin mendatang. Negara padat penduduk berhasil meluncurkan misi berbiaya rendah, menjadikannya sebagai negara keempat yang mendaratkan wahana di Bulan.
Lima hari sebelum peringatan pendaratan pertama manusia di Bulan, Chandrayaan-2 akan meluncur dari pulau tropis di negara bagian Andhra Pradesh, setelah melewati masa pembangunan satu dekade. Misi ini juga akan menyoroti sejauh mana perjalanan ruang angkasa, sejak lompatan besar Neil Armstrong bagi umat manusia selama misi Apollo 11.
Baca juga: AS Rencanakan Operasi Pengawalan Militer Pascaserangan Iran
Otoritas India menghabiskan anggaran sekitar US$ 140 juta untuk menyiapkan Chandrayaan-2, yang akan melewati perjalanan 384.400 kilometer (km) dari Satish Dhawan Space Center ke pendaratan terjadwal di Kutub Selatan Bulan pada 6 September.
Sebelumnya, AS menghabiskan anggaran sekitar US$ 25 miliar, atau setara lebih dari US$ 100 miliar mengacu penilaian saat ini, untuk menjalankan misi Apollo, termasuk enam misi yang mendaratkan Armstrong dan astronot lannya di Bulan. Di lain sisi, Tiongkok mendaratkan pesawat ruang angkasa Chang'e pada Januari lalu, dengan investasi mencapai US$ 8,4 miliar untuk seluruh program luar angkasa selama 2017. Hal itu diungkapkan Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Internasional (OECD).
Adapun Rusia menjadi negara pertama yang mendaratkan pesawat tanpa awak di Bulan pada 1966. Proyek ruang angkasa itu menelan anggaran lebih dari US$ 20 miliar yang mengacu penilaian saat ini. Misi Bulan berlangsung dari 1960 sampai 1970.
Hampir seluruh komponen pengorbit, pendarat dan penjelajah Chandrayaan-2 diproduksi di Negeri Taj Mahal. India menggunakan peluncur roket paling kuat, GSLV Mk III, untuk membawa pengorbit dengan berat 2,4 ton, yang memiliki umur misi sekitar satu tahun. Pesawat ruang angkasa tersebutu akan membawa pendarat Vikram dengan berat 1,4 ton, yang dijadwalkan membawa penjelajah Pragyan seberat 27 kilogram, ke dataran tinggi antara dua kawah di Kutub Selatan Bulan.
Kepala Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO), K. Sivan, mengungkapkan pendaratan 15 terakhir Vikram akan menjadi momen yang paling mengkhawatirkan. "Sebab, kami belum pernah melakukan misi yang begitu rumit," ucapnya.
Penjelajah bertenaga surya dapat mengarungi perjalanan hingga 500 meter, dan diyakini beroperasi penuh selama satu hari di Bulan. Itu setara dengan 14 hari Bumi. Penyelidikan awal, lanjut Sivan, akan fokus mencari sejumlah tanda air dan catatan fosil dari tata surya awal.
Terlepas dari anggaran yang relatif kecil, misi ruang angkasa tersebut menuai petanyaan mengenai sumber pendanaan, ketika India masih dihantui kelaparan dan kemiskinan. Bagaimanapun kebanggan nasional tengah dipertaruhkan. Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, berjanji untuk mengirim misi berawak ke orbit pada 2020.
Sebagian besar ahli memandang pertaruhan geo-strategis terbilang kecil. Namun, model berbiaya rendah India dapat mengungguli satelit komersial dan urusan pengorbitan.
"Pertanyaan mendasar yang harus ditanyakan ke diri sendiri dalam konteks ini, bukan apakah India harus melakukan misi ruang angkasa ambisius yang seperti itu. Tetapi, apakah India mampu mengabaikannya. India harus bisa menjadi pemimpin dalam ruang angkasa," tutur mantan Kepala ISRO, K. Kasturirangan.
Kepala Kebijakan Luar Angkasa di Observer Research Foundation, Rajeswari Pillai Rajagopalan, menyebut Chandrayaan-2 akan meningkatkan reputasi bangsa di mata internasional. "Program luar angkasa dari Asia menjadi semakin kompetitif," kata dia.
Baca juga: Dubes Jepang Gunakan Medsos untuk Jangkau Generasi Muda
Seorang ilmuwan untuk misi penjelajah NASA ke Mars, Amitabha Ghosh, menilai manfaat Chandrayaan-2 sangat besar dibandingkan investasinya.
"Misi ruang angkasa dari kompleksitas Chandrayaan-2 membawa pesan khusus, bahwa India mampu mewujudkan pengembangan teknologi yang rumit," ucap Ghosh. Kendati demikian, sebagian ahli menekankan misi ruang angkasa berbiaya murah harus menjamin aspek keamanan sampai kembali ke Bumi. (AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved