Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEBUAH serangan udara dilaporkan mengenai pusat penahanan migran di Ibu Kota Tripoli, Libia, Selasa (2/7) malam. Sebanyak hampir 40 orang meninggal dan 80 lainnya terluka dalam insiden ini.
Juru bicara layanan darurat Libia, Osama Ali, mengatakan 120 migran telah berada di hangar yang secara langsung dilanda pemogokan di Tajoura. Dia menambahkan bahwa lebih banyak orang mungkin telah tewas karena korban tewas sejauh ini ialah penilaian awal. "Ini merupakan laporan awal dan jumlah korban diperkirakan dapat meningkat," ujar Osama Ali.
Ini merupakan serangan udara dan penembakan dengan jumlah korban tertinggi, sejak pasukan timur yang setia kepada Khalifa Haftar melancarkan serangan tiga bulan lalu untuk mengambil alih ibu kota yang dipegang pemerintah resmi.
Pemerintah yang berbasis di Tripoli menuding Khalifa Haftar sebagai orang yang bertanggung jawab atas serangan ini dan menyebutnya 'penjahat perang'. Seorang juru bicara pasukan Haftar tidak menjawab panggilan telepon dan pesan untuk dimintai komentar terkait serangan ini.
Badan pengungsi PBB di Libia mengutuk serangan udara di pusat penahanan para migran. Foto-foto menunjukkan para migran Afrika yang menjalani operasi di sebuah rumah sakit setelah mogok kerja. Ada yang berbaring di tempat tidur, sebagian tertutup debu atau dibalut dengan anggota badan mereka sendiri.
Konflik di negara penghasil minyak dan gas itu merupakan lanjutan dari kekacauan yang sudah terjadi sejak pengguling-an Muammar Gaddafi yang didukung NATO pada tahun 2011.
Libia adalah titik awal perjalanan para migran dari Afrika untuk melarikan diri dari kemiskinan dan perang. Mereka berusaha mencapai Italia dengan kapal. Namun, tak sedikit dari mereka dijemput oleh penjaga pantai Libia yang didukung Uni Eropa lantaran ingin menghentikan migrasi. Ribuan migran ditahan di pusat-pusat penahanan yang dikelola pemerintah di Libia Barat. Kompok-kelompok HAM dan PBB menyebut itu 'tidak manusiawi'.
Tajoura, sebelah timur Tripoli, adalah rumah bagi beberapa kamp militer yang bersekutu dengan pemerintah resmi Libia dan telah menjadi sasaran serangan udara.
Menteri Luar Negeri Italia Enzo Moavero Milanesi mengatakan serangan itu merupakan tragedi lain yang menunjukkan dampak perang yang mengerikan terhadap penduduk sipil.
Para migran menghadapi pelanggaran mengerikan di negara Afrika Utara, yang masih menjadi mangsa banyak milisi yang berlomba-lomba untuk menguasai negara kaya minyak itu. "Pengungsi dan migran yang diselamatkan di laut tidak dapat dikembalikan ke Libia, dan mereka yang terperangkap di pusat penahanan perlu segera dievakuasi," kata Lotte Leicht, Direktur Uni Eropa di Human Rights Watch.(Guardian/*/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved