Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

40 Orang Tewas dalam Serangan Udara di Libya

Ihfa Firdausya
03/7/2019 18:40
40 Orang Tewas dalam Serangan Udara di Libya
serangan udara selatan ibukota Tripoli, Libya.(AFP)

SERANGAN udara menghantam pusat penahanan para migran Afrika di pinggiran Ibu Kota Libya, Tripoli.

Malek Mersek, juru bicara layanan medis, mengatakan 40 orang tewas dan 80 lainnya luka-luka dalam serangan yang terjadi di sebelah kamp militer itu. Sementara menurut juru bicara layanan darurat, Osama Ali, jumlah itu bisa lebih banyak lantaran ini baru 'perkiraan awal'.

Ini adalah serangan udara dan penembakan dengan jumlah korban tertinggi, sejak pasukan timur yang setia kepada Khalifa Haftar melancarkan serangan tiga bulan lalu untuk mengambil alih ibu kota yang dipegang oleh pemerintah resmi.

Pemerintah yang berbasis di Tripoli menuding Khalifa Haftar sebagai orang yang bertanggung jawab atas serangan ini dan menyebutnya 'penjahat perang'. Seorang juru bicara pasukan Haftar tidak menjawab panggilan telepon dan pesan untuk dimintai komentar terkait serangan ini.

Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Libya mengutuk serangan udara di pusat penahanan para migran.

Ali, seperti yang diutarakan kepada AFP, mengatakan bahwa 120 migran telah berada di hangar yang secara langsung dilanda pemogokan di Tajoura.

Foto-foto menunjukkan para migran Afrika yang menjalani operasi di sebuah rumah sakit setelah mogok kerja. Ada yang berbaring di tempat tidur, sebagian tertutup debu atau dibalut dengan anggota badan mereka sendiri.

Konflik di negara penghasil minyak dan gas ini merupakan lanjutan dari kekacauan yang sudah terjadi sejak penggulingan Muammar Gaddafi yang didukung NATO pada 2011.

Libya adalah titik keberangkatan utama bagi para migran dari Afrika untuk melarikan diri dari kemiskinan dan perang. Mereka berusaha mencapai Italia dengan kapal. Namun, tak sedikit dari mereka dijemput oleh penjaga pantai Libya yang didukung oleh Uni Eropa lantaran ingin menghentikan migrasi.


Baca juga: Otoritas India Evakuasi Jasad Pendaki Himalaya


Ribuan migran ditahan di pusat-pusat penahanan yang dikelola pemerintah di Libya Barat. Kompok-kelompok HAM dan PBB menyebut itu 'tidak manusiawi'.

Tajoura, sebelah timur Tripoli, adalah rumah bagi beberapa kamp militer yang bersekutu dengan pemerintah resmi Libya dam telah menjadi sasaran serangan udara selama berminggu-minggu.

Pada Senin (1/7), Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Haftar mengatakan akan memulai serangan udara besar-besaran dengan sasaran Tripoli setelah 'cara tradisional' perang telah habis.

Sementara, seorang pejabat LNA membantah bahwa pasukannya telah mengenai pusat penahanan. Ia mengatakan milisi yang bersekutu dengan Tripoli telah menembaknya setelah serangan udara yang dilakukan oleh LNA di sebuah kamp.

Kampanye udara LNA telah gagal merebut Tripoli dalam tiga bulan pertempuran. Pekan lalu LNA kehilangan pangkalan utama penyerangan di Gharyan yang direbut kembali oleh pasukan Tripoli pekan lalu.

Kedua belah pihak menikmati dukungan militer dari kekuatan regional. LNA selama bertahun-tahun dipasok oleh Uni Emirat Arab dan Mesir, sementara Turki baru-baru ini mengirim senjata ke Tripoli untuk menghentikan serangan Haftar, menurut para diplomat.

Konflik ini mengancam karena memungkinkan militan Islamis mengisi kekosongan keamanan, mengganggu pasokan minyak, meningkatkan migrasi melintasi Mediterania ke Eropa, dan mengacaukan rencana pemilu PBB untuk mengakhiri persaingan antara administrasi paralel di timur dan barat. (Guardian/OL-1)

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya