Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PERPADUAN musik etnik Indonesia dan orkestra klasik Austria yang dipertunjukkan di Konzerthauss, Wina, Austria, Rabu (12/6) malam waktu setempat, sukses memukau publik Austria. Para penonton memberikan tepuk tangan panjang di akhir setiap musik instrumen yang dimainkan serta lagu yang dinyanyikan.
Erwin Gutawa bertindak sebagai konduktor yang berkolaborasi dengan konduktor terkemuka Austria, Johannes Vogel.
"Saya senang sekali bisa bermain di Austria kiblat musik klasik dunia. Mudah-mudahan kolaborasi ini bisa menjadi alat diplomasi sosial kebudayaan antara Indonesia dan Austria," kata Erwin usai pertunjukan seperti dilaporkan wartawan Media Indonesia, Usman Kansong dari Austria.
Ethnochestra merupakan perpaduan antara musik etnik Indonesia dan orkestra klasik Austria. Orkestra dimainkan Syncron Stage Orchestra Vienna, sedangkan musik etnik seperti kendang, saluang, rebana, serta perkusi etnik lainnya dimainkan sejumlah musisi etnik Indonesia.
Sejumlah penyanyi, yakni Gita Gutawa, Shandy Sondoro, Gabriel Harvianto, dan Woro Mustiko, tampil diiringi ethnochestra. Mereka menyanyikan antara lain lagu daerah seperti Pangkur Sagu dan Walangkekek, lagu Melayu Fatwa Pujangga, lagu patriotik Indonesia Jiwaku, serta lagu What A Wonderful World. Selain menyanyi, Woro bahkan memainkan tari, yakni Tari Kedok.
Shandy Sondoro tampil atraktif dan interaktif ketika membawakan lagu 'Pangkur Sagu' dari Papua. Dengan gayanya yang atraktif, Shandy sukses mengajak penonton bergoyang dan bertepuk tangan mengikuti irama musik. Dengan Bahasa Jerman yang fasih, ia mencoba berinteraksi dengan publik Austria.
Baca juga: Antisipasi Protes, Otoritas Hong Kong Tutup Kantor Pemerintahan
Ethnochestra juga memainkan instrumen baik Indonesia, misalnya Swarna Dipa, maupun intrumen klasik, antara lain Wiener Blut karya Johann Strauss. Yang paling menarik perhatian penonton ialah ketika ethnochestra memainkan instrumen Tritsch Tratsch Polka karya Johan Strauss yang dipadu musik dangdut koplo. Penonton ikut bergoyang mengikuti irama musik Polka bercampur koplo.
Konser bertajuk Ethnochestra, A Melody for Friendship ini diprakarsai Kedutaan Besar RI di Wina.
"Awalnya saya oleh Erwin Gutawa dioerdengarkan rekaman musik etnik dioadu musik klasik. Saya pikir kenapa tidak kita wujudkan dalam satu pertunjukan di Wina," kata Dubes RI untuk Austria, Darmansjah Djumala, dalam sambutannya.
Ada idealisme diplomasi dalam ethnochestra.
"Ini perjumpaan musik tradisi dan klasik. East meets west," lanjut Djumala.
Hadir dalam pertunjukan ethnochestra itu antara lain Menteri Kordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Puan Maharani.
"Kolaborasi internasional seperti Ethnochestra merupakan kesempatan luar biasa untuk memperkuat interaksi antarbudaya sesama rakyat serta meningkatkan pengenalan musik dan kebudayaan Indonesia di dunia internasional," kata Puan ketika memberikan sambutan. (OL-1)
Kerja sama biosekuriti yang kuat tidak hanya membantu melindungi masing-masing negara, tetapi juga kesehatan, stabilitas, dan ketahanan seluruh kawasan.
Dalam konteks 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Inggris, kedua negara bersiap melangkah ke babak baru melalui penandatanganan kemitraan strategis pada September mendatang.
Sejumlah perusahaan Belanda sebelumnya telah berminat untuk berinvestasi di sektor pertanian Indonesia, meskipun sempat menghadapi beberapa kendala.
Pemerintah Indonesia terus berkomitmen memperkuat kemitraan strategis dengan Uni Eropa, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan.
PRESIDEN Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang jadi saksi penandatanganan 12 nota kesepahaman (MoU) strategis dalam kunjungan resmi
Kedua negara juga sepakat membentuk mekanisme konsultasi bilateral baru di bidang perlucutan senjata, non- proliferasi, dan pengendalian senjata.
Lebih dari hiburan semata, Festival Budaya Nusantara dirancang sebagai wahana edukasi lintas generasi, menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap budaya Indonesia.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan tekanan dominasi bahasa-bahasa besar dunia, bahasa daerah menghadapi ancaman yang semakin konkret
FILM Turang, yang pertama kali tayang sekitar 67 tahun silam di Festival Film Asia Afrika di Tashkent, Uzbekistan pada 1998 kini kembali dirayakan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
MENTERI Kebudayaan Fadli Zon dan Wakil Menteri Kebudayan Giring Ganesha Djumaryo berkesempatan menerima Menteri Kebudayaan Federasi Rusia, Olga Lyubimova.
Indonesia: Zamrud khatulistiwa, diapit dua benua dan samudra. Kaya budaya, strategis, dan rawan bencana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved