Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEBANYAK 4 juta orang asal Venezuela telah meninggalkan negara mereka yang dilanda krisis ekonomi dan kemanusiaan. Hal itu dikatakan badan-badan bantuan PBB, Jumat (7/6).
Dikatakan, sekitar 700.000 di antara mereka meninggalkan Venezuela pada akhir 2015 lalu.
Kekurangan makanan pokok dan obat-obatan telah meluas di negara anggota OPEC itu sementara permusuhan politik telah mengarah kepada gelombang kekerasan yang fatal.
Krisis telah semakin mendalam sejak Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi-sanksi, termasuk atas industri perminyakan yang vital di negara itu, dalam usaha menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang beraliran kiri dan sebaliknya mendukung pemimpin oposisi Juan Guaido.
"Arus orang-orang meninggalkan Venezuela mengagetkan," kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam pernyataan bersama.
Baca juga: Menteri Energi Venezuela Dipecat Karena Sering Mati Listrik
PBB telah mengeluarkan angka sebelumnya yang mencapai 3,7 juta dan angka yang baru mengkhawatirkan.. Karena itu diperlukan dukungan bagi negara-negara penerima pengungsi terutama di Amerika Latin seperti Kolombia yang menampung 1,3 juta, disusul Peru, Ekuador, Brasil, dan Argentina.
Presiden Peru, Kamis (6/6), berjanji akan terus mendeportasi warga negara Venezuela yang memiliki catatan kejahatan bila perlu, bagian dari sikap tegas terhadap para migran.
Sebanyak 3,2 juta anak-anak di Venezuela atau satu di antara tiga memerlukan bantuan kemanusiaan, kata Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dalam pernyataan terpisah, Jumat (7/6).
Tingkat kematian di antara anak-anak balita dua kali lipat dari 14 per 1.000 kelahiran hidup pada 2010/2011 jadi 31 per 1.000 kelahiran hidup pada 2017, kata juru bicara UNICEF Christophe Boulierac dalam satu taklimat. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved