Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SEORANG pengamat burung asal Belanda yang disandera oleh gerilyawan Abu Sayyaf di Filipina, tewas dalam baku tembak antara penyandera dengan tentara Filipina.
Brigadir Jenderal Divino Rey Pabayo mengatakan bahwa Ewold Horn, yang diculik pada tahun 2012, dibunuh oleh salah satu penculiknya dalam tembak-menembak selama 90 menit di Pulau Jolo.
"Setelah satu jam tiga puluh menit baku tembak, pasukan menemukan mayat Horn dan Mingayan Sahiron, istri kedua pemimpin tertinggi Abu Sayyaf," kata Pabayo dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Jumat, 31 Mei 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Baik kedutaan Belanda di Manila, maupun para pejabat di Den Haag tidak memberikan komentar langsung mengenai keterangan militer Filipina.
Horn sedang dalam ekspedisi untuk memotret burung-burung langka di kelompok Pulau Tawi-Tawi yang terpencil di Filipina selatan. Ia diculik oleh orang-orang bersenjata tak dikenal dan diserahkan ke Abu Sayyaf yang sudah berafiliasi dengan Islamic State (ISIS).
Horn ditangkap bersama dengan Lorenzo Vinciguerra, seorang warga negara Swiss yang berhasil melarikan diri pada tahun 2014 saat terjadi baku tembak antara tentara dan para penculiknya.
Abu Sayyaf dianggap sebagai otak atas serangan teror terburuk dalam sejarah Filipina. Termasuk penculikan berulang-ulang terhadap orang asing yang biasanya mendapat tebusan dalam jumlah besar.
Para pejabat Filipina menegaskan kelompok itu berada di belakang pengeboman mematikan sebuah Katedral di Januari pada misa Minggu yang merupakan serangan terburuk yang menghantam negara itu selama bertahun-tahun.
Pengeboman itu diklaim oleh ISIS, yang berupaya untuk mempertahankan kehadiran di Filipina ketika kekhalifahannya hancur di Timur Tengah.(medcom/OL-9)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved