Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
SEORANG dokter asal Prancis tengah diselidiki atas dugaan meracuni 7 orang pasien. Namun belakangan, dia dituduh meracuni 17 pasien lainnya di sebuah klinik berlokasi di wilayah timur Prancis.
Frederic Pechier, berusia 47 tahun, menghadapi 24 dakwaan. Adapun 9 kasus di antaranya mengakibatkan kematian. Dia bekerja sebagai ahli anestesi di dua klinik swasta Kota Becanson. Apabila terbukti bersalah, Pechier terancam hukuman seumur hidup.
Baca juga: Sadis, Remaja Hamil di AS Dibunuh dan Janinnya Diambil Paksa
Kuasa hukum Pechier, Randall Schwerdorffer, menyatakan kliennya dibebaskan bersyarat kemarin malam. Jaksa penuntut umum Etienne Manteaux telah memanggil sang dokter yang terancam hukuman seumur hidup. Jika terbukti bersalah, dia segera ditahan.
"Ada kemungkinan bahwa Preicher merupakan penggagas kasus keracunan ini. Tetapi, hipotesis ini tidak lain hanyalah sebuah hipotesis. Penyelidikan selama dua tahun tidak menunjukkan apa-apa. Sejauh ini, praduga tak bersalah harus ditekankan," ujar anggota tim kuasa hukum Pechier, Jean-Yves Le Borgne.
Pechier pertama kali dituntut pada 2017 lalu, atas tujuh kasus keracunan sepanjang 10 tahun. Dia kembali diinterograsi pekan ini. Terdapat lebih dari 66 kasus gagal jantung, pada operasi pasien yang dinyatakan berisiko rendah.
"Sekitar 17 kasus telah dipertahankan, yang melibatkan pasien berusia 4-80 tahun. Bahkan tujuh pasien di antaranya meninggal, setelah sejumlah dokter gagal menyembuhkannya," jelas Manteaux dalam konferensi pers.
Dalam beberapa kasus terakhir, Pechier merupakan nama yang kerap disebut. Dia juga sempat mengalami konflik terbuka dengan sesama ahli anestesi di Klinik Saint-Vincent di Besancon.
"Dia sering berada di area operasi. Ketika terjadi kasus, dia membuat diagnosis lebih cepat dari tindakan yang harus diambil. Meskipun tidak ada yang diduga overdosis potasium, atau mendapatkan anestesi lokal," tuturnya.
Tim jaksa penuntut juga menuding Pechier telah merusak kantong anestesi rekan-rekannya, guna menciptakan ruang operasi darurat. Dengan begitu, dia dapat melakukan intervensi demi memamerkan kehebatannya.
Baca juga: Polisi Gerebek Keuskupan Terkait Skandal Seks
Akan tetapi, kuasa hukum Pechier membantah klaim tersebut. Pada November lalu, mereka menuduh pihak kepolisian telah mengubah keterangan Pechier dalam penyelidikan awal.
Selama proses pemeriksaan, Manteaux mengungkapkan Pechier mengakui adanya tindakan kriminal di Saint-Vincent. Namun, dia menekankan tidak bertanggung jawab atas sejumlah kasus keracunan.(AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved