Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN Sudan Omar al-Bashir berada di bawah tekanan yang meningkat, Selasa (9/4), ketika tiga negara Barat mendorong terjadinya transisi politik setelah berbulan-bulan protes.
Amerika Serikat, Inggris, dan Norwegia untuk pertama kalinya memberikan dukungan kepada para pemrotes. Tiga negara itu menyerukan rencana transisi politik yang kredibel di Sudan.
Washington pernah memberlakukan embargo perdagangan terhadap Sudan pada 1997. Embargo ini untuk dugaan hubungan Khartoum dengan kelompok-kelompok Islam dan sanksi itu telah dicabut pada Oktober 2017.
"Sudah tiba saatnya bagi pemerintah Sudan menanggapi tuntutan rakyat ini secara serius", kata misi diplomatik ketiga negara dalam sebuah pernyataan bersama. "Pihak berwenang Sudan sekarang harus menanggapi dan memberikan rencana yang kredibel untuk transisi politik ini."
Ribuan orang tetap berada di markas tentara pada Selasa (9/4) malam, tempat mereka berkemah sejak Sabtu (7/4). Di sana mereka bermandikan cahaya laut dan mengangkat ponsel mereka sebagai obor.
Baca juga: Bubarkan Demonstran, Pasukan Keamanan Sudan Gunakan Gas Air Mata
Para pengunjuk rasa yang marah dengan meneriakkan 'gulingkan, gulingkan', telah turun ke jalan-jalan ibu kota dan kota-kota dan desa-desa di seluruh negeri sejak Desember. Ini menjadi tantangan terbesar dalam dua dekade Bashir berkuasa.
Polisi negara itu pada Selasa (9/4) memerintahkan personelnya untuk menghindari campur tangan terhadap para demonstran.
"Kami menyerukan kepada Tuhan untuk menjaga keamanan dan ketenangan negara kami dan untuk menyatukan orang-orang Sudan untuk sebuah perjanjian yang akan mendukung transisi kekuasaan secara damai," kata seorang juru bicara kepolisian dalam sebuah pernyataan.
Para pengunjuk rasa menyanyikan lagu-lagu revolusioner dan slogan-slogan antipemerintah di fasilitas yang di dalamnya terdapat kediaman Bashir.
"Sejak 6 April, saya berkemah di sini setiap malam," kata pengusaha Ali Gamereddine.
Tanggal 6 April adalah peringatan pemberontakan rakyat yang menggulingkan rezim Gaafar Nimeiri pada 1985.
"Kami ingin tentara mendukung kami untuk mencapai tujuan kami," tambah Gamereddine.
Kerumunan pengunjuk rasa melambaikan bendera, bersiul, dan bertepuk tangan saat hari mulai gelap.
Mereka menyalahkan Bashir yang berkuasa dalam kudeta 1989 karena krisis ekonomi yang memburuk.
Gerakan protes telah mencapai puncak baru pada Sabtu (6/4) ketika para demonstran dihalau gas air mata saat mencapai kompleks militer. Demonstran mendesak petinggi militer untuk mendukung mereka.
Protes pada Sabtu (6/4) di kompleks militer telah memicu demonstrasi terbesar yang tampak dalam gerakan yang berlangsung selama hampir empat bulan.
Menteri Pertahanan Jenderal Awad Ibnouf telah bersumpah tentara akan mencegah kekacauan apa pun.
"Angkatan bersenjata Sudan memahami alasan demonstrasi itu dan tidak menentang tuntutan dan aspirasi warga, tetapi tentara tidak akan membiarkan negara itu jatuh ke dalam kekacauan," kata Ibnouf pada Senin (8/4).
Kelompok payung yang mempelopori protes telah meminta tentara untuk mengadakan pembicaraan tentang pembentukan pemerintahan transisi.
Omar el-Digeir, seorang anggota senior kelompok itu mengatakan, para organisator protes telah membentuk dewan untuk membuka pembicaraan yang bertujuan menyetujui pemerintah transisi yang mewakili keinginan revolusi.
Para pejabat mengatakan 38 orang telah tewas dalam kekerasan terkait protes sejak Desember.
Tetapi pemimpin oposisi utama negara itu dan satu penyelenggara protes utama Sadiq al-Mahdi mengatakan 20 orang telah terbunuh oleh orang-orang bertopeng dalam serangan-serangan pagi pada aksi duduk sejak dimulai pada Sabtu.
Bashir, yang menggulingkan pemerintahan Mahdi dalam kudeta pada 1989, dicari Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag. Dia dituduh melakukan kejahatan perang dan genosida yang berkaitan dengan penindasan pemberontakan etnis minoritas di wilayah barat Darfur. (AFP/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved